Richard Brislin (1993) seorang tokoh di bidang
lintas budaya mendeskripsikan beberapa karakteristik budaya (tradisi) sebagai
berikut :
o Budaya di susun oleh sejumlah idealisasi, nilai dan asumsi mengenai
kehidupan yang mengarahkan perilaku manusia yang hidup di budaya tersebut
o Budaya diwariskan dari satu
o Budaya dibuat oleh Manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang
bertanggung jawab dalam mewariskan budaya tersebut adalah orang tua, guru dan
pemimpin komunitas
o Pengaruh budaya paling jelas terlihat dalam perselisihan-perselisihan halus
di antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda
o Apabila nilai-nilai budaya mereka dilanggar atau ketika harapan budaya
mereka diabaikan, orang yang tinggal di budaya tersebut akan cenderung bereaksi
secara emosional.
o Tidak jarang menerima suatu nilai budaya di suatu saat dalam kehidupannya
namun kemudian menolaknya di saat lain.
Dari sini kita tahu bahwa salah satu dari karakteristik
dari sebuah tradisi atau budaya adalah nilai. Sebagai bagian dari karakteristik
budaya, tentu nilai menjadi aspek penting yang perlu dicari tahu dalam suatu
tradisi tertentu. Nilai atau nilai-nilai merupakan suatu konsep, yaitu
pembentukan mentalita yang dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga
menjadi sejumlah anggapan yang hakiki, baik dan perlu dihargai sebagai mana
mestinya.[1]
Menurut Garna, nilai dan nilai-nilai sendiri sebenarnya
diartikan berbeda, nilai dikatakan lebih menyangkut pada aspek objektifitas
ilmiah, sementara itu nilai-nilai lebih banyak menyangkut pada baik buruknya
tindakan sosial dalam melakukan relasi dan interaksi seseorang dengan orang
lain.
Nilai disebutkan sebagai ciri khas dan anggapan yang
hakiki, sehingga memiliki kecenderungan untuk menetap pada individu ataupun
masyarakat pada suatu budaya. Namun nilai itu sendiri merupakan hal yang tidak
lepas dari hasil tindakan maupun interaksi sosial, tentu saja hal ini
memungkinkan terjadi pergeseran atau transformasi nilai dikarenakan adanya
interaksi atau tindakan sosial.
Berkaitan dengan nilai dan transformasinya sebenarnya
nilai dibagiakan pada tiga sistem, yaitu :
1.
Sistem nilai yang bersumber dari agama
Sistem ini merupakan sistem nilai tertinggi,
yang merujuk pada kebenaran mutlak sang khalik. Transformasinya terlihat pada
nilai-nilai yang dikaitkan pada aturan agama, yang lebih banyak dipengaruhi
oleh kesadaran individu. Dimana nilai ini sebenarnya tidak hanya mengatur nilai
secara vertikal individu dan tuhanya, tapi juga pada sesama.
2.
Sistem nilai yang bersumber dari adat
Sistem nilai kedua adalah nilai yang bersumber
dari adat. Sistem ini diberikan oleh adat merupakan hasil pemikiran para penggagas
adat yang mengatur lalu lintas kehidupan bermasyarakat, sehingga kehidupan
dapat berjalan dengan damai dan harmoni. Dimana sistem ini merupakan sistem
nilai yang mempunyai serangkaian kaedah dan diikuti oleh sanksi-sanksi yang
tegas.
3.
Sistem nilai yang bersumber dari tradisi
Sistem nilai terakhir bersumber dari tradisi,
sistem ini tidak memberikan sanksi yang tegas dalam pelaksanaan normanya.
Karena sistem ini bersumber dari kebiasaan masyarakat, dan dipandang baik dalam
mendatangkan manfaat dalam kehidupan. Sehingga kemudian menjadi kebiasaan yang
diwarisi dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
[1]
Hasbullah.2009. Islam dan Tamadun Melayu. Hal 192
Hasbullah.
2009. Islam dan Tamadun Melayu. Pekanbaru : Berdaulat Riau
Matsumoto,
David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogakarta : Pustaka Pelajar
Santrock, W
John. 2007. Remaja, Jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta : Erlangga
Yasyin,
Sulchan.____. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Amanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar