1.1 Pengertian Agama dan Kepercayaan menurut
masyarakat Melayu
Jika merujuk pada tatanan ilmu social, maka agama dikatakan sebagai sistem
kepercayaan yang teratur atau terorganisasi. Sedangkan kepercayaan adalah
keyakinan yang ditujukan kepada satu-satu fenomena kepercayaan atau tidak
memimiliki ciri-ciri yang terorganisasi ataupun tersistem.
Pada masyarakat melayu, mereka membedakan antara agama dan kepercayaan.
Menurut masyarakat melayu, Agama yang dianggap oleh mereka adalah agama-agama
besar yang diakui oleh pemerintah. Seperti Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan
Budha. Sementara keyakinan-keyakinan seperti penyembahan pada ‘dewa-dewa’ dan
kepercayaan akan kekuatan yang dimiliki makhluk halus (jin, hantu, jembalang,
sikodi dan lainnya) hanya dianggap sebagai suatu kepercayaan saja. Seperti yang
terdapat pada suku ‘terasing’ – Suku Talang Mamak, Suku Akit, Suku laut, dan
lainnya. Maupun kepercayaan yang juga mencangkup masalah upacara-upacara yang
lahir dari kebiasaan-kebiasaan lama orang melayu, seperti tepung tawar, mati
tanah dan lainnya.
Namun sebenarnya yang dikatakan kepercayaan dalam masyarakat melayu itu
bukan hanya dalam kepercayan lama saja yang menjadi peninggalan masa lampau
seperti animisme, tapi juga kepercayaan yang datang setelahnya, seperti
kepercayaan agama agama hindu, budha dan Islam sendiri. Dimana Islam yang
datang terakhir mengakomodir semua unsur kebudayaan tersebut secara perlahan,
serta melakukan penelusuran terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Islam.
1.2 Kepercayaan awal dalam kehidupan orang Melayu
Kepercayaan awal
masyarakat melayu sebelum kedatangan agama adalah ‘animisme’, dimana mereka
percaya semua benda di dalam dunia ini mempunyai roh atau semangat yang
mempengaruhi kehidupan manusia sama ada baik atau buruk.
Roh atau semangat ini
perlu dipuja agar membawa kebaikan dan menambahkan rezeki. Keadaan ini telah
mempengaruhi kehidupan mereka kerana terdapatnya aktivitas memuja pantai atau
semangat padi bagi menjamin keselamatan dan menambahkan hasil padi.
Dengan ini timbullah
konsep pantang larang, adat istiadat, undang-undang, kebudayaan dan sebagainya. Bagi memuja
semangat ini lahirlah tarian, nyanyian, drama, muzik, unsur mainan, mentera, adat
menanam, adat kematian dan sebagainya yang ada hubungan dengan kepercayaan itu.
Beberapa dari unsur ini menjadi hiburan dan mainan yang pada asalnya merupakan
upacara yang berkaitan dengan kuasa ghaib. Contohnya Main Puteri, Main Dewa,
memutus ubat dan sebagainya.
Berkaitan dengan unsur
mainan dan tarian tadi maka lahirlah upacara jampi serapah yang bertujuan untuk
melindungi permainan daripada segala bencana dan menghalau jin dan hantu
daripada menggangu persembahan. Setiap persembahan ada peraturan dan pantang
larang kerana asal usul sesuatu jenis persembahan selalunya dihubungkait dengan
kuasa ghaib.
Dengan wujudnya
kepercayaan tersebut maka wujud satu golongan masyarakat yang dihubungkaitkan
dengan upacara-upacara pemujaan seperti dukun, tabib, pawang, nenek kebayan dan
sebagainya yang bertanggung jawab memulih diri seseorang yang dipercayai
disampuk atau hilang semangat.
Terdapat juga bentuk
kepercayaan terhadap roh orang yang sudah mati. Mereka percaya individu yang
semasa hidupnya mempunyai kuasa hebat apabila mati akan tetap memberi
perlindungan. Berdasarkan kepercayaan inilah masyarakat tempatan memuja roh si
mati agar dapat memberi perlindungan. Dalam kepercayaan melayu itu sendiri
terdapat enam benda atau tempat yang dikeramatkan.
1.
Objek alam seperti batu, puncak gunung, pulau dan tanjung.
2.
Binatang seperti harimau, dan buaya putih.
3.
Kubur ahli sihir atau pawing.
4.
Kubur orang yang membuka pemukiman baru.
5.
Pemakaman ulama Islam
6.
Ulama yang masih hidup
1.3 Agama dalam kehidupan orang Melayu
1.
Agama Hindu
Pengaruh agama Hindu
tersebar sejak abad ke 6 lagi yang dibawa oleh pedagang India. Penyebaran agama
ini berkembang pesat ketika kedatangan golongan Brahmana dan penerimaan agama
ini oleh golongan pemerintah.
Ajaran ini diterima oleh
pemerintah kerana agama ini berpegang teguh kepada konsep Dewaraja yaitu raja
adalah tuhan dibumi yang sekaligus memperkukuhkan kedudukan raja sebagai
pemerintah. Sebagai contoh, terdapat dua buah kerajaan Hindu di Tanah Melayu yaitu
kerajaan Langkasuka dan kerjaaan Kedah Tua. Disamping itu terdapatnya
penyembahan Dewa Siva dan Vishnu, yang dapat dilihat daripada pembinaan Candi
Bukit Batu Pahat dan Candi Bukit Pendiat di Lembah Bujang, Kedah.
Dikarenakan prinsip
kedatangan agama hindu yang diarahkan pada kaum bangsawan, banyak pihak yang
mengatakan bahwa sebenarnya hanya golongan bangsawanlah yang menganut agama ini
dengan sungguh-sungguh. Meskipun mereka sendiri tidak benar-benar paham dengan
ajaran filsafat hindu yang asli.
Mereka hanya
mementingkan perkara yang berkaitan dengan tata upacara serta ajaran-ajaran
yang membesarkan keagungan dewa bagi kepentingan mereka sendiri, sehingga
secara tidak langsung dengan menjadi penganut agama hindu mereka memperkukuh
kedudukan mereka didalam struktur lapisan didalam puncak masyarakat.
Adapun dalam masyarakat
melayu mereka lebih cenderung bersifat seni dibanding harus memahami kehalusan
metafisik hindu yang bersifat filsafat. Beberapa kesusasteraan agama asli
hindu-india yang diadopsi kedalam bahasa hindu-melayu telah ada pada mahabrata
dan baghavad gita yang menggambarkan kehidupan arjuna dan
bharatayuddha yang kesemuanya tidak menampakkan filsafat hindu asli.
2.
Agama Budha
Agama Buddha pula turut
tersebar di kalangan masyarakat melayu dan ia mempunyai pertalian dengan agama
Hindu. Ini disebabkan agama ini mengalami pengakomodiran dengan unsur-unsur
agama Hindu
Agama ini diasaskan oleh
Sidharta Gautama di India. Agama ini melarang manusia melakukan kekejaman karena
ia tidak mendatangkan sebarang kebaikan.
Ajaran agama Buddha ini
mudah diterima karena anggapan mereka bahawa pengasas agama Buddha merupakan
penjelmaan kembali salah satu daripada Dewa Hindu.
3. Agama Islam
Kedatangan agama Islam
pada abad ke 7 telah menghakis sebahagian amalan kepercayaan Hindu Buddha yang
telah lama bertapak di Tanah Melayu.
Masuknya agama islam itu
sendiri sebenarnya dari berbagai cara, yaitu:
1.
Melalui jalur perdagangan, dimana ada suatu keyakinan bahwa sebenarnya para
saudagar yang melakukan perjalanan ke Indonesia sebagiannya adalah para sufi
yang kemudian menyebarkan islam di nusantara termasuk ditanah melayu.
2.
Melalui pernikahan, dimana para muslim melakukan pernikahan dengan penduduk
pribumi. Hal itu menjadi cara lain untuk menyebarkan islam kepada masyarakat
pribumi, termasuk ditanah melayu.
3.
Mendekati kaum bangsawan, hal ini biasanya dilakukan atas dasar asumsi
bahwa jika kaum bangsawan apalagi raja masuk agama islam maka rakyat juga akan
ikut masuk kedalam agama islam.
Agama Islam disebarkan
oleh golongan pedagang dan pendakwah Islam dari Asia Barat. Ajaran Islam
menekankan dua aspek penting iaitu Akidah dan Syariah. Akidah ialah kepercayaan
seluruh jiwa raga terhadap keEsaan Allah manakala syariah merupakan perundangan
dan hukum Islam berdasarkan Al Quran dan Hadis.
Kedatangan agama Islam
telah membawa perubahan yang besar dalam politik, perundangan, ekonomi, dan
budaya masyarakat Melayu.
Dari segi politik jelas
dapat dilihat dengan penggunaan gelaran pemerintah yaitu raja telah digantikan
dengan gelaran sultan. Bahkan sultan dianggap sebagai ketua agama Islam. Segala
upacara resmi didahului dengan doa. Pemimpin agama merupakan penasihat sultan
dalam hal-hal mengenai hukum syarak atau hal berkenaan dengan agama Islam.
Dalam aspek perniagaan,
Islam mengharamkan riba dan menggalakkan umatnya mencari rezeki yang halal. Disamping
itu amalan zakat dan fitrah sedikit sebanyak telah membantu golongan yang
kurang berkemampuan untuk menjalani kehidupan
Dari segi sosial pula
wujudnya semangat jihad bagi memilihara kesucian agama Islam daripada
penjajahan Barat. Dari segi adat pula didapati terdapat pengkomodiran dengan
unsur Hindu-Buddha kepada unsur keislaman seperti perkahwinan, adat turun
tanah, melenggang perut, berkhatan dan sebagainya.
Pada akhirnya orang
melayu membuktikan kemelayuannya dengan menganut agama islam. Terlepas dari
mereka menjalakannya secara sempurna atau tidak, hal ini dibuktikan dengan
praktik-praktik keagamaan. Dimana praktik-praktik tersebut dilakukan sesuai
dengan mazhab yang mereka anut. Pada umumnya masyarakat melayu menganut mazhab
syafi’i. Mereka kebanyakan melakssanakan shalat subuh, isya, zuhur, dan ashar
lebih sering dirumah, sementara maghrib dilakukan secara berjama’ah di mesjid.
Menurut Yusmar Yusuf,
orang melayu sangat menghormati hari jum’at-ini jelas merupakan pengaruh dari
islam-dimana hari jum’at dipandang sebagai hari yang pendek untuk bekerja tapi
panjang untuk beribadah. Pada hari itu, masyarakat melayu juga mengenakan “baju
kurung” ini berfungsi untuk memperindah diri dan menutup aurat yang jelas
sekali merupakan pengaruh dari islam.
Dari sisi teologis orang
melayu berpegang pada teologi asy’ariyah yang lebih dekat dengan paham
jabariyah. Sekalipun Asy’ariyah mengajarkan tentang “kasb”(usaha), namun hal
itu tidak banyak membantu untuk merubah pemahaman masyarakat tentang takdir dan
nasib. Masyarakat melayu percaya bahwa konsep takdir dan nasib telah digariskan
oleh allah.
Dari sisi tasawuf
sendiri, orang melayu berpegang erat pada ajaran imam al-ghazali. Dimana mereka
sulit untuk menerima tasawuf wahdat al-wujud dari ibnu arabi atau hulul dari
al-hallaj dan aliran tasawuf lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
terlarangny ajaran wahdat al-wujud di tanah aceh, yang kemudian membuat paham
ini kurang digemari oleh masyarakat melayu.
Adapun kitak-kitab yang
sering dibaca masyarakat melayu sebagai cerminan dari ajaran asy’ariyah,
syafi’I dan imam al’ghazali adalah kitab-kitab yang ditulis oleh abdus samad
al-palimbani dan daud al-fathani.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, 2010. Islam dan Tamadun Melayu.
Pekanbaru : LPM Fak Ushuludin UIN SUSKA & YPR
Muhammad, Syed.1990. Islam dalam Sejarah
dan Kebudayaan Melayu. Bandung : Mizan
Mahdini.2003. Islam dan Kebudayaan Melayu.
Pekanbaru : Daulat Riau
Diakses Pada : http://sejarahmalaysiastpm.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar