A. Pengertian
Attention Deficit
Hyperactivity Disorder atau disingkat ADHD, ataupun dalam bahasa Indonesia
dikenal dengang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Ini
merupakan gangguan yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk, yang tidak
sesuai dengan perkembangan atau ciri heperaktivitas dan implusif atau keduanya
yang tidak sesuai dengan usia (Kaplan,1997). Sejalan dengan itu ADHD secara
internasional dijelaskan dalam buku rujukan diagnosis psikiatri, DSM
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health Disorder), berdasarkan
penelitian psikiatri anak dan remaja seluruh dunia ; yaitu bila seorang anak
menampilkan beberapa gejala dari gangguan perhatian dan konsentrasi,
implusivitas, dan hiperaktivitas ( dalam ADHD, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder : 2010).
Menurut banyak
pendapat, ADHD sendiri diidentikkan dengan anak yang senang bergerak, padahal
sebenarnya tidak selalu demikian. Tidak semua anak penyandang ADHD mempunyai
perilaku yang banyak gerak dan tidak dapat diam, sebab hal tersebut bukanlah
masalah atau gejala satu-satunya dari anak ADHD, hanya merupakan streotipe yang
berkembang karena generalisasi yang banyak terjadi pada anak ADHD. Sehingga
perlu banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mendiagnosis anak ADHD. Misalnya
saja adanya ketidakmampuannya untuk memfokuskan dan menjaga perhatiannya pada
satu hal, yang tidak sertai dengan gejala hiperaktif, yang kita kenal dengan
sebutan ADD.
B. Gejala
ADHD merupakan gangguan yang terjadi pada
anak-anak, dan cenderung memiliki beberapa gejala yang sering tampak dan
kemudian di generalisasikan pada anak-anak yang didiagnosis memiliki gangguan
ini. Namun secara garis besar, gejala ADHD itu sendiri antara lain yaitu :
1. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Konsentrasi
Hal yang terjadi sebenarnya pada mereka yang
mengidap ADHD adalah gagalnya penyeleksian perhatian, yang kemudian menyebabkan
gangguan pada peningkatan kepekaan terhadap faktor yang menarik perhatiannya.
Dengan kata lain, mereka dengan gangguan ini tidak mampu membedakan mana faktor
yang bisa di terima sebagai aspek yang perlu mendapatkan perhatian, dan mana
yang tidak. Inilah sebenarnya yang menjadi dasar sehingga kemudian anak-anak
ADHD seringkali sangat kesulitan mempertahankan perhatiannya pada suatu tugas
yang diberikan.
2. Implusivitas
Bentuk perilaku ini adalah adanya
ketidakteraturan perilaku dan gangguan fungsi eksekutif, dalam hal ini berupa
gangguan fungsi perencanaan yang disebut dengan planning disorder. Contohnya
saja untuk mereka yang memberi jawaban pertanyaan sebelum mereka benar-benar
mendengar atau memulai tugas sebelum benar-benar membacanya. Dengan kata lain
mereka cenderung tergesa-gesa, atau bertindak tanpa berpikir sebelumnya.
3. Hiperaktivitas
Bentuk gangguan ini adalah bentuk-bentuk
perilaku yang muncul dalam bentuk motorik yang tidak pernah tenang, yang juga
muncul akibat gangguan inhibisi. Anak-anak dengan gangguan ini, sulit sekali
untuk diam dalam kurun waktu tertentu, mereka sering kali gelisah dan bergerak
sepanjang hari.
C. Penyebab ADHD
Sebenarnya penyebab ADHD sendiri sampai saat
ini masih tetap berlangsung dalam penelitian yang semakin berkembang. Hanya
saja beberapa diantaranya yang tercatat sebagai penyebab gangguan ini antara
lain yaitu :
1. Faktor Keturunan
Penelitian menunjukkan bahwa anak kembar dan
anak adopsi membawa peranan sekitar 80% terhadap penyebab atau gejala ADHD.
Dimana anak dengan orang tua yang menyandang ADHD mempunyai delapan kali
kemungkinan risiko mendapatkan anak ADHD. Hanya saja meskipun ditemukan bahwa
gen yang meningkatkan risiko ADHD, gen yang benar-benar menyebabkan ADHD
sendiri sampai saat ini masih belum ditemukan secara jelas.
2. Genetik dan Lingkungan
Dalam hal ini disebutkan bahwa interaksi
antara gen dan lingkungan akan menjadi penyebab dari ADHD. Dengan kata lain
bahwa ADHD juga bergantung kepada kondisi gen tersebut dan efek negative
lingkungannya. Hal ini merujuk pada istilah risiko lingkungan, yang terkait
dengan lingkungan psikologis, fisik, maupun lingkungan biologis. Meski
sebenarnya pengasuhan dan pendidikan tidak bisa menyebabkan ADHD atau
menyebabkan munculnya ADHD. Faktor-faktor itu memang dapat mempengaruhi
munculnya gejala ADHD, tetapi tergantung dari beratnya gejala ADHD yang ada
pada anak tersebut.
3. ADHD dan Otak
Dalam hal ini ADHD terkait pada pengaktifan
sel-sel saraf (eksitasi) dan penghambatan sel-sel saraf (inhibisi). Dari
penelitian tentang otak sendiri pada umumnya pada anak ADHD tidak tampak adanya
kerusakan otak, namun memang ada neuro-anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda
antara anak dengan atau yang tanpa ADHD. Dimana perbedaan neuro-anatomi adalah
adanya perbedaan bentuk dari beberapa bagian otak, sementara untuk perbedaan
neuro-kimiawi adalah terkait perbedaan penyampaian sinyal-sinyal di dalam otak.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Linda. Kargenti, Anggia. Himaningsih. Puji, Indah.R. Kurniawaty,
Yulita.A. Wahyuni, Sri. & Fitriyani, Eka. 2012. Modul Praktikum Deteksi
Dini Gangguan Perkembangan pada Anak. Pekanbaru : Fakultas Psikologi Uin
Suska Riau.
Maria, Julia.V.T. 2008. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta : Predana
Paternotte, Arga dan Buitelar, Jan. 2010. ADHD, Attention Deficit
Hyperactivity Disorder. Jakarta : Predana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar