Gangguan
kepribadian adalah serangkaian perilaku manusia yang menyimpang (inkhiraf) dari
fitrah asli yang murni, bersih dan suci, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Penderita gangguan ini secara fisik
boleh jadi berpenampilan kuat dan gagah tapi secara batin sebenarnya rapuh dan
gelisah. Gangguan kepribadian disebut sebagai Akhlak tercela (Akhlaq
Mahzmumah). Dimana gangguan kepribadian yang kemudian berbentuk kepribadian
buru, merupakan psikopantologi dalam peristilahan psikologi perspektif Islam.
Adapun psikopantologi memiliki dua ciri, yaitu :
a.
Perilaku itu dapat mengganggu realisasi
dan aktualisasi diri
b.
Perilaku itu mengandung dosa yang
dilarang oleh ALLAH SWT
Psikopantologi menurut adanya gangguan
kejiwaan, sedang Islam menuntut adanya gangguan fitrah manusia seperti dosa,
atas dasar inilah, gangguan kepribadian dibagi dalam dua kategori, yaitu dalam
hal bersifat duniawi dan bersifat uhkrawi.
A.
Penyebab
Gangguan kepribadian dalam Islam
Akhlak tercela dianggap sebagai gangguan
kepribadian/psikopantologi, sebab hal itu mengakibatkan dosa, baik dosa
vertical maupun dos horizontal atau social.
Dimana dosa adalah kondisi emosi
seseorang yang dirasa tidak tenang. Setelah ia melakuka suatu perbuatan dan
merasa tidak enak jika perbuatan itu diketahui oleh orang lain. Adapun dua
faktor utama yang menyebabkan manusia melakukan perilaku dosa, yaitu :
1.
Internal (dari dalam diri individu)
-
Kalbu sebagai sentral kepribadian
manusia mengalami sakit, karena potensinya tidak diaktualisasikan sebagaimana
mestinya.
-
Hawa nafsu
-
Orientasi dan motivasi hidup yang
materialisme
2.
Eksternal (dari luar individu)
-
Godaan setan, yang membisikkan buruk
pada diri manusia, sehingga manusia tidak mampu bereksistensi sebagaimana
adanya.
-
Makanan dan minuman yang syubhat dan
haram, termasuk pakaian dan tempat tinggal yang haram.
B.
Klasifikasi
Gangguan Kepribadian dalam Islam
1.
Gangguan kepribadian yang berhubungan
dengan akidah atau dengan tuhan
2.
Gangguan kepribadian yang
berhubugan dengan kemanusiaan
3.
Gangguan kepribadian yang berkaitan
dengan pemanfaatan alam semesta sebagai realisasi tugas-tugas kekhalifahan.
C.
Bentuk-bentuk
Gangguan Kepribadian dalam Islam
1.
Kepribadian menyekutukan ALLAH (syirik)
Pertama, menyekutukan Tuhan (syirik).
Secara harfiah syirik diartikan sebagai menyekutukan Allah, sedangkan menurut
psikologis adalah kepercayaan, sikap dan perilaku mendua atau lebih terhadap
masalah-masalah yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Penderita
biasanya meninggalkan kesenangan abadi untuk mengejar kesenangan sesaat. Hampir
semua bentuk psikopatologis dalam perspektif Islam bermuara pada syirik, karena
menjadi sumber penganiayaan diri yang berat (Q. S. Luqman :13), sumber rasa
takut (Q. S. Ali-Imran : 151), sumber dari segala kesesatan dan dosa yang tidak
terampuni.
2.
Kepribadian yang ingkar (kufur)
Kedua, pengingkaran (kufur).
Kufur adalah sikap dan perilaku yang tertutup dan mengingkari terhadap sesuatu
yang sebenarnya. Kufur tergolong psikopatologi karena pelakunya tidak tahu
diri, tidak sadar diri, dan tidak tahu berterima kasih. Adapun jenis-jenis
kufur yang dianggap sebagai psikopatologis adalah : (1) Kufur bi Allah, yaitu
mengingkari akan ketuhanan Allah disebabkan imannya kurang atau lemah. (2)
Kufur bi risalah Muhammad, yaitu mengingkari kerasulan Nabi Muhammad. (3) Kufur
bi ni’ mat, yaitu mengingkari nikmat Allah yang diberikan kepada dirinya.
3.
Kepribadian yang bermuka dua (nifaq)
Ketiga, bermuka dua (nifaq),
yaitu menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam
hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan kebobrokan. Nifaq termasuk
kedalam psikopatologi karena tergolong karakter orang yang munafik.
4.
Kepribadian yang fasiq (fusuq)
Keempat, kepribadian fasiq merupakan sikap dan
perilaku yang selalu melakukan kemaksiatan, sekalipun dalam dirinya beriman
kepada Allah SWT.
5.
Kepribadian yang suka pamer (riya)
Kelima, penyakit riya’,
yaitu melakukan suatu perbuatan karena pamrih, pamer, atau cari muka pada orang
lain. Riya’ termasuk psikopatologis karena pelakunya berbuat sesuatu hanya
untuk mencari muka, tanpa memperhitungkan produktivitas dan kualitas
amaliyahnya.
6.
Kepribadian yang pemarah (ghadhab)
Keenam, marah (gadab).
Marah menunjukkan tingkat kelabilan kejiwaan seseorang, sebab ia tidak mampu
mengendalikan amarahnya. Menurut Al-Ghazali, penyakit ghadab disebabkan oleh
dominasi unsur api atau panas, dan unsur tersebut mengalahkan atau melumpuhkan
peran unsur kelembaban atau basah dalam diri manusia. Sabda Nabi SAW
7.
Kepribaidan yang pelupa atau lalai
(ghaflah/nisyan)
Ketujuh,
lupa (gaflah atau nisyan), yaitu sengaja menghilangkan atau tidak memperhatikan (inattention) sesuatu yang seharusnya
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari esensi kehidupannya. Secara fitrah
manusia berpeluang untuk lupa dan kelupaan fitrah ini tidak termasuk dalam
kategori psikopatologi Islami, sekalipun kelupaan itu masuk dalam kategori
anmnestik, bahkan kelupaan ini dapat membebaskan seseorang dari tuntutan dan
kewajiban sampai ia sadar kembali. Kelupaan yang menjadi bahasan psikopatologi
Islami adalah kelupaan yang disengaja terhadap sesuatu keyakinan, nilai-nilai
hidup yang mendasar dan pandangan hidupnya. Seseorang yang melupakan keyakinan,
nilai-nilai hidup dan pandangan hidupnya maka segala tindakannya menjadi tidak
teratur, merugikan, dan dapat menjerumuskan ke dalam kehancuran.
8.
Kepribadian yang mengikuti bisikan dari
setan (was-was)
Ketujuh, mengikuti bisikan dari setan (waswas). Waswas merupakan
bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa
yang pada akhirnya dapat merusak citra diri (self-image) dan harga diri (self-esteem)-nya.
Mengikuti waswas sama artinya dengan melanggar fitrah asli manusia, sebab
waswas berorientasi pada fitrah asli setan.
9.
Kepribadian yang apatis atau pesimis / putus asa atau putus harapan (al-Ya’is wa qunuth)
Kesembilan, yaitu hilangnya
gairah, semangat (morale), sinergi,
dan motivasi hidup setelah seseorang tidak berhasil menggapai sesuatu yang
diinginkan.
10.
Kepribdian yang rakus (thama’)
Kesepuluh, rakus (thama’).
Rakus adalah penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa yang
dimiliki, meskipun apa yang dimiliki itu telah memenuhi standar kehidupan.
Penyakit rakus bukan hanya berkaitan dengan harta benda, tetapi juga berkaitan
dengan wanita/pria, tahta atau kekuasaan, maupun kesenangan hidup lainnya.
Orang yang rakus dikatakan sebagai orang berpenyakit, sebab ia tidak dapat
menguasai diri, bahkan tidak memiliki kebebasan hidup
11.
Kepribadian yang tertipu atau terperdaya
(ghurur)
Kesebelas, tertipu (ghurur).
Ghurur adalah percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan tidak
substantif. Wujud lahiriahnya boleh jadi sangat nyata, bahkan untuk sementara
waktu dapat menyenangkan jiwa seseorang, namun secara hakiki wujud tersebut
hanya fatamorgana belaka yang tidak realistik dan irrasional
12.
Kepribadian yang membangganggakan diri
(ujub) dan sombong (takabbur)
Keduabelas, Ujub dan takabbur merupakan sikap congkak, sombong, dan
menganggap besar diri sendiri tanpa dibarengi kemampuan yang memadai, sehingga
merasa dirinya besar, padahal keadaan sebenarnya kecil. Ujub merupakan cela dan
perasaan yang sangat buruk. Hati manusia yang ujub, disaat ia merasa ujub ia
menjadi buta, sehingga ia melihat dirinya sebagai seorang yang memperoleh
keselamatan padahal ia ada dalam kondisi celaka; ia melihat dalam dirinya
sebagai orang benar, padahal ia adalah orang yang salah
13.
Kepribadian yang iri dan dengki (hasad
dan hiqiq)
Ketigabelas, iri dengki (hasud
dan hiqid). Hasud adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki oleh
orang lain. Ia tidak rela dengan kesejahteraan dan kesenangan orang lain,
bahkan ia berobsesi agar karunia tersebut berpindah pada dirinya. Sedang hiqid adalah kedengkian pada orang lain
dan berusaha agar orang yang dibenci tersebut tidak mendapatkan kesempatan
dalam meraih kesejahteraan dan kenikmatan.
14.
Kepribadian yang senang menceritakan
keburukan orang lain (al-ghibah)
Keempatbelas,
menceritakan keburukan orang lain (al-ghibah)
dan mengadu domba (al-namimah).
Ghibah dianggap sebagai penyakit, sebab penderitanya tidak mampu mengadakan
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Ia sibuk menyebut-nyebut
keburukan orang lain, padahal dirinya sendiri memiliki keburukan tidak jauh
berbeda dengannya, bahkan mungkin lebih buruk lagi. Penyakit ghibah yang dibiarkan
tanpa upaya mencari terapinya maka berkelanjutan menjadi penyakit namimah.
15.
Kepribadian cinta dunia, pelit dan
berlebih-lebihan menghambur-hamburkan
harta benda
Kelimabelas,
cinta dunia (hubb al-dunya), pelit (al-bakhil) dan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan
harta benda (al-israf atau al-tadbir). Cinta dunia maksudnya adalah
menjadikan dunia dan isinya sebagai tujuan akhir hidup dan bukan sebagai sarana
hidup. Cinta semacam itu tergolong psikopatologi, sebab penderitanya tidak
sadar akan tujuan hidup yang hakiki. Ciri-ciri penyakit ini adalah penderitanya
memiliki sikap dan perilaku materialisme, hedonisme, dan egoisme.
16.
Kepribadian pangkhayal (al-tamanni)
Keenambelas, memiliki suatu keinginan yang
tidak mungkin terjadi (al-tamanni).
Tamanni dianggap sebagai psikopatologi, sebab penderitanya tenggelam dalam
dunia khayalan yang tidak realistik. Ia berkeinginan besar untuk memiliki
sesuatu, namun tidak dibarengi dengan aktivitas nyata, sehingga kehidupannya
tidak kreatif dan produktif. Akibat dari gejala tamanni ini maka penderitanya
tidak segan-segan mengambil jalan pintas, seperti memperdalam angan-angannya
dengan mengkonsumsi zat adiktif, mencuri, merampok dan korupsi untuk
kelangsungan hidupnya; dan mengumbar hawa nafsunya untuk memuaskan nafsu
seksualnya.
Sumber :
Sumber :
Mujib, Abdul. 2007.
Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada
Terimakasih orang baik, tanpamu mungkin aku tidak bisa presentasi.
BalasHapus