Penggabungan istilah “Psikologi” yang terkait dengan
psikologi akademik atau psikologi sebagai ilmu, dengan istilah klinik yang
artinya tempat berobat. Adalah murid Wundt yang bernama Leightner Witmer,
seorang tokoh yang berasal dari Amerika. Dia merupakan alumni Universitas Pensylvana tahun 1988. Menjadi
orang pertama yang menggunakan istilah clinical
psychology. Ia juga yang mendirikan klinik psikologi pertama, dan jurnal
psikologi pertama. Ilmu ini sendiri berpijak pada dua disiplin ilmu yang
berbeda yakni psikologi akademi dan kedokteran-khususnya psikiatri.
Kisah Witmer sendiri dimulai ketika ada seorang guru sekolah bernama
Margareth Maguire yang meminta Witmer untuk membantu salah seorang muridnya-
Charles Gilman- yang didiagnosa mengalami kesulitan dalam mengeja. Witmer
kemudian menerima twaran tersebut. Tak disangka, hal ini menghantarkan dia
sebagai psikolog klinis pertama, dan pada saat yang sama, ia memulai usaha
untuk mendirikan klinik psikologi pertama di dunia.
Pendekatan yang
pertama kali dilakukan oleh Witmer adalah dengan assesmen (menilai) masalah
Charles disusul menyusun rangkaian pengobatan yang tepat. Penilaian psikologis
menunjukkan bahwa Charles mengalami kerusakan visual, baik dalam hal membaca
dan masalah mengingat. Hal tersebut diberi istilah oleh Witmer dengan
"amnesia verbal-visual, atau sekarang disebut disleksia. Witmer
menggunakan tutorial yang intensif guna membantu si anak dalam mengenal kata
tanpa terlebih dahulu mengejanya. Cara ini berhasil sehingga Charles bisa
kembali normal membaca.
Klinik Psikologi atau ‘psychology
Clinic’ pertama kali didirikan Witmer pada tahun 1890. Pada klinik ini
tugas psikolog adalah memeriksa anak-anak yang mengalami kesulitan pelajaran.
Beberapa tahun kemudian, Lightner Witmer
juga mendirikan ‘Psychological Clinic’
dirumah sakit di Pennsylvania, dimana kepada para pasien rumah sakit tersebut
diberikan ‘mental test’.
Yap Kie Hien (1968) mengemukakan beberapa istilah lain untuk
‘Psikologi Klinis’. Istilah-istilah tersebut adalah Psikopatologi, Psikologi
Abnormal, Psikologi Medis, Patopsikologi, dan Psikologi Mental Health. Lepas
dari apa yang telah digagas oleh Lightner Witmer, tentunya keberadaan Psikologi
Klinis memiliki sejarah panjang untuk diceritakan. Ada beragam versi yang
mengungkapkan tentang sejarah kemunculannya sendiri. Namun cerita panjang
sejarah itu, justru menjadi penting untuk kita telusuri.
a.
Psikologi Klinis di Tengah Perang Dunia II
Hal yang penting di tahun 1900 hingga 1920 telah ditemukan
instrument yaitu tes intelegensi. Skala
integensi pertama Binet dipublikasikan pada 1905 di Paris dan kemudian selama
PD I para psikolog Amerika mengembangkan tes-tes intelegensi kelompok yang
memperluas ide-ide original Binet dengan arah baru. Pada 1920 para psikolog
merumuskan standar untuk reabilitas, validitas, dan norma untuk tes.
Ketika Amerika memasuki PD I, militer dalam jumlah
besar direkrut dan harus diklasifikasikan menjadi orang yang punya intelektual
dan orang yang stabil psikologisnya. Tidak ada teknik yang digunakan untuk
melakukan hal ini. Kemudian pihak militer meminta Robert Yerkes (yang kemudian
menjadi presiden APA) untuk memimpin komite psikolog eksperimental yang
berorientasi pada asesmen yang mengembankan pengukuran yang tepat. Untuk
mengukur kemampuan mental, komite tersebut mengeluarkan tes intelejensi Army
Alpha dan Army Betha, dan untuk membantu mendeteksi gangguan
perilaku.
Dimana tahun 1917 Woodsworth memproduksi kuisioner “Personal
Data Sheet” yang digunakan untuk menyaring calon tentara. Selain itu, ini
juga merekomendasikan penemuan Psychoneurotic Woodworth’s. Dan pada tahun 1918,
para psikolog telah mengevaluasi hampir 2 juta orang.
Tidak hanya itu pada tahun ini Tahun-tahun ini juga
menjadi saksi dimulainya testing kepribadian. Pada 1904 Jung sudah mengusulkan
sebuah tes asosiasi kata unutk mengungkapkan makna-makna tak sadar. Meskipun
APA telah didirikan sejak tahun 1892 para psikolog baru memulai bagian khusus
dari organisasi induknya pada tahun 1919. Dimana Witmer merintis psychological
Clinic 1907. Kemudian disusul dengan didirikannya Journal Of Abnormal
Psychology.
Ahli klinis
menggunakan variasi yang lebih luas mengenai tes intelijensi untuk anak dan
dewasa dan menambah pengukuran baru tentang kepribadian, minat, kemampuan
khusus, emosi, dan perilaku. Mereka mengembangkan alat tes sendiri, sambil
mengadopsi dari alat tes lain yang diambil dari psikiater Eropa yang
orientasinya psikoanalisis. Beberapa tes yang familiar pada masa ini adalah Jung’s
Association Test (1919), Roschach Inkblot Test (1921), the Miller
Analogies Test (1926), the Goodenough Draw-A-Man Test (1926), the
Strong Vocationl Interest Test (1927), the Thematic Apperception Test
(TAT) (1935), the Bender-Gestalt Test (1938), dan the
Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (1939).
Pada tahun
1930, terdapat sekitar 50 klinik psikologi dan sedikitnya sekitar 12 klinik
bimbingan anak di AS. Psikolog klinis dalam seting ini menyadari bahwa mereka
sedang berurusan dengan dunia pendidikan, bukan dengan masalah psikiatris. Akan
tetapi, perbedaan ini tumbuh lamban, secara perlahan, ahli klinis menambah
fungsi perawatan pada asesmen mereka, training-training, dan alat-alat
penelitian.
Pada 1930-an
akhir, psikologi klinis tidak hanya dikenal sebagai profesi. Pada permulaan PD
II, masih tidak terdapat program training untuk ahli klinis, hanya sedikit
sekali yang menyelenggarakan program doktoral, M.A dan paling banyak pada
program B.A. Untuk mendapatkan pekerjaan sebagai psikolog klinis, dibutuhkan
beberapa keahlian tentang tes, psikologi abnormal, perkembangan anak, dan juga
tertarik dengan orang banyak. Departemen-departemen psikologi Universitas
enggan untuk mengembangkan program pascasarjana dalam psikologi klinis karena
fakultas mereka mempertanyakan penerapan psikologi dan mereka khawatir dengan
biaya pelatihan klinis yang cukup mahal.
Seluruh materi
pokok psikologi klinis modern telah diadakan. Enam fungsinya – asesment,
treatment, research, teaching, consultation, dan administrasi – sudah
bermunculan. Psikologi klinis telah berkembang melalui klinik-klinik aslinya
serta melalui rumah sakit, penjara dan setting-setting lainnya. Parktisinya pun
pada saat itu bekerja dengan anak-anak dan orang dewasa.
b. Psikologi Pasca
Perang Dunia II
Pasca perang
dunia II pengenalan hukum psikologi klinis sebagai profesi tumbuh dengan baik.
Pada masa pasca perang, hukum menyediakan lisensi atau sertifikasi bagi para
ahli klinis yang punya kualifikasi tinggi, dan APA membuat grup sertifikat
mandiri untuk mengidentifikasi individu yang telah mencicipi banyak pengalaman
dan mengusai banyak keahlian.
Penelitian
klinis juga meluas setelah PD II dan menghasilkan banyak kesimpulan negatif
pada ketidakmanfaatan tes kepribadian, nilai keputusan diagnostik dibandingkan
dengan keputusan yang statistik, dan efektifitas psikoterapi tradisional.
Penelitian ini membuat ketidakpuasan terhadap metode standar penilaian klinis
dan ini termotivasi oleh perkembangan pendekatan-pendekatan baru untuk merawat,
termasuk pendekatan humanistik dan behavioral.
Tahun 1944
terjadi reorganisasi pada APA, dan psikologi klinis menjadi salah satu
divisinya. Sebaguah komite APA juga dibentuk untuk mengembangkan rencana
pendidikan bagai para psikolog klinis.
Psikolog klinis
sebelum PD hanya mengarah pada ahli diagnosa yang kliennya adalah anak-anak.
Setelah 1945, fungsi, setting, dan klien dari psikologi klinis berubah drastis.
Sekarang, ahli klinis bisa menikmati jangkauan yang lebih luas tentang
pendekatan teori dan alat-alat praktek untuk melakukan asesemen dan untuk
merubah prilaku manusia.
Meski begitu
baru pada tahun 1946, psikoterapi menjadi aktivitas profesional yang tetap bagi
psikolog klinis. Sejak 1970-an, kebanyakan psikolog klinis melakukan kegiatan
psikoterapi, sementara kegiatan asesmen atau diagnosis hanya menyita 10% saja
dari keseluruhan waktu praktik yang digunakan.
Selama dua dekade
setelah perang dunia ke-II. Psikologi klinis mulai berjalan secara mandiri. Ini
juga diikuti oleh profesi kesehatan lain. APA mempublikasikan DSM pertama pada
tahun1952. Dan para psikolog mulai terbiasa menggunakan istilah DSM dan
mencatat kondisi psikopantologis pasien.
Dalam kegiatan
praktisnya, psikolog klinis lebih sedikit mirip psikolog pada umumnya dari pada
pendeta atau manager persoalia atau dokter. Yang sama diantara mereka adalah
evaluasi individu pada waktu dan pada perangkat lingkungan tertentu. Tugas
utamanya adalah memahami individu secara lebih mendalam sebagai landasan untuk
penanganan berikut keperluan tertentu yang telah dirancang.
Oleh karena
psikologi klinis tidak mempunyai pendidikan dasar kedokteran, maka hak seorang
psikolog klinis untuk memberikan psikoterapi sekiar tahun 1950-1980 seringkali
dipermasalahkan. Istilah psikoterapi hanya dapat dilakukan oleh psikiaer. Ada
pendidikan fomal yang biasanya dilakukan di universitas untuk tujuan memperoleh
gelar, dan ada pendidikan praktik yang dilakukan dalam institusi untuk menujang
ketrampilan-ketrampilan khusus yang terkait dengan psikologi dan asrsmen
psikologik. Untuk pendidikan praktik, yang berperan penting ialah organisasi
profesi.
c. Psikologi
Abad-21
Perjalan
sejarah psikologi klinis mengalami kemajuan pesat selama lebih dari 100 tahun,
akan tetapi baik perkembangannya maupun pengujiannya belum sempurna. Ketika
memasuki abad 21, psikologi klinis banyak menemui hal yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Termasuk cara melatih siswa, layanan yang disediakan ahli klinis,
seting yang digunakan, cara pembayaran, dan teori yang membimbing mereka serta
perawatan gangguan psikologis.
Psikologi
memasuki lembaran baru, dimana orang-orang sudah memandang psikologi klinis
sebatas klien anak-anak. Orang-orang sudah mulai tertarik dan mengapresiasi
keberadaan psikologi klinis tidak hanya sebagai salah satu bidang keilmuan yang
tidak bisa diabaikan keberadaannya. Tapi juga sebagai sarana bagi mereka yang
memiliki masalah untuk bergerak menemui ahli psikologi klinis.
Meski begitu
walau keberadaannya diterima di kawasan barat, untuk kawasan negara-negara
timur sendiri, para psikolog klinis masih harus berjuang keras untuk
mengenalkan psikologi klinis pada masyarakat awam. Karena masih banyak dari mereka
yang berangkat dari persepsi bahwa psikologi klinis merupakan penggambaran
orang-orang sakit, yang erat kaitannya dengan rumah sakit jiwa saja.
Lepas dari itu,
tentunya dengan perkembangan zaman dan teknologi melewati abad 21 ini, tentunya
semakin mempermudah keberadaan psikologi klinis untuk mengembangkan ilmunya
sendiri dan juga memperluas jaringan pengetahuan psikologi klinis sendiri.
d. Psikologi
Klinis di Indonesia
Di Indonesia
sendiri pendidikan psikologi dipelopori oleh Slamet Iman Santoso. Pendidikan
ini diharapkan dapat membentuk suatu lembaga yang mampu menempatkan the right
man in the right place, karena pada masa itu banyak kejadian di mana
orang-orang yang kurang kompeten menduduki posisi penting sehingga membuat
keputusan yang salah,
Awal dari
pendidikan psikologi dilakukan di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh
Teutelink yang kemudian menjadi program stiudy psikologi yang pernah bernaung
di bawah brbagai fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. Di Jakarta, mata
kuliah filsafat dinaungi fakultas sastra; mata kuliah statistik oleh fakultas
ekonomi, dan mata kuliah faal oleh fakultas kedokteran.
Program studi
psikologi kemudian pada tahun 1956-1960 menjadi jurusan psikologi pada fakultas
kedokteran UI. Pada tahun 1960 psikologi menjadi fakultas yang berdiri sendiri
di UI (Somadikarta et. Al. 2000). Kurikulum dan pelaksanaan program study
psikologi dimulai sebelum tahun 1960, dibina oleh para pakar yang mendapat
pendidikan Doktor (S3) dan Diploma dari negeri Belanda dan Jerman. Liepokliem mendirikan
bagian klinis dan psikoterapi bertempat di barak I RSUP (RSCM).
Yap Kie Hien
mendirikan bagian psikologi eksperimen di salemba. Myra Sidharta mendirikan
klinik bimbingan anak. Koestoer dan Moelyono memimpin bagian psikologi kejuruan
dan perusahaan (sekarang psikologi industri dan organisasi) kemudian diperkuat
oleh A.S.Munandar. bagian posikologi sosial dirintis oleh Marat kemudian
dipimpin oleh Z.Joesoef. setelah kepergian Liepokliem ke Australia, bagian
psikologi klinis dan psikoterapi berganti nama menjadi bagian psikologi klinis
dan konseling dipimpin oleh Yap Kie Hien (1960-1969). Namun dengan adanya
pengertian yang luas tentang psikologi klinis, maka nama bagian psikologi
klinis-konseling berganti lagi menjadi bagian psikologi klinis.
Sejak tahun
1992, pendidikan akademik dan pendidikan profesi psikolog dipisahkan untuk
memungkinkan sarjana psikologi meneruskan ke bidang lain yang mereka minati.
Sebelumnya, sarjana psikologi adalah juga psikolog karena pendidikan praktik
digabungkan pendidikan akademik. Sejak tahun 20200, suatu forum menyepakati
bahwa prasyarat bagi pendidikan profesi psikolog – agar dapat melakukan praktik
psikologi – adalah tingkat S2, namun hal itu baru diberlakukan di UI saja.
Forum ini terdiri dari dekan-dekan Fakultas Psikologi – yang kini mencapai 20
Fakultas Psikologi negeri dan swasta – dan organisasi Himpunan Psikologi
Indonesia (Himpsi).
Sejak 1994,
psikolog yang berpraktik – artinya memberikan konsultasi psikologi, melakukan
asesmen atau psikodiagnostik, dan melakukan konseling dan terapi – diwajibkan
memiliki Izin Praktik Psikolog. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh
rekomendasi dari oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang
Himpsi. Izin diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan
rencananya akan dikeluarkan oleh Himpsi sendiri.
Di Indonesia
pendidikan profesi spesialis psikologi klinis secara formal belum diadakan,
padahal sebenarnya sudah cukup banyak pakar yang berpengalaman di berbagai
bidang psikologi klinis seperti terapi tingkahlaku, family therapy, counseling.
Upaya untuk membuka jalur pendidikan spesialistik-profesional semestinya
didukung oleh organisasi profesi (ISPSI/HIMPSI) karena pihak pemerintah – yakni
Direktorat Pendidikan Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih mengutamakan
pendidikan akademik S1, S2, dan S3.
e. Kronologis
Perkembangan Sejarah Psikologi Klinis
Tentunya jika
kita berbicara tentang sejarah kemunculan psikologi klinis, maka tidak akan
terlepas pada perkembangan dari assasment, intervensinya, profesi dan penelitian
sendiri, yaitu sebagai berikut :
·
Kronologis
Assasment dan diagnosis
KRONOLOGIS ASSASMENT DAN DIAGNOSIS
|
|
·
1882 Galton : laboratorium anthropometric
·
1890 CabelL : “mental test”
·
1904 Binet
: skala inteligensi
·
1905 Jung
: metode Asosiasi kata
·
1913 Kraepelin : diagnosis psikiatrik
·
1914: Terman - versi Amerika skala Binet
·
1917
Yerkes commibee mengembangkan Army Alpha/ Beta Test
·
1921:Rorschah
: metode inkblot
·
1935
Morgan & Murray : TAT
·
1937
L.K. Frank : isKlah “teknik ProyekKf”
·
1938
Bender – Gestalt Test
·
1939
Wechsler‐Bellevue
Intelligence Scale
·
1943MMPI
|
·
1949 Halstead : baterei
tes neuropsikologi
·
1952:
publikasi DSM IV
·
1968:
DSM II
·
1970-an:
bangkitnya behavioral assessment
·
1980:
DSM III
·
1980-an:
minat untuk asesmen kepribadian dan interpretasi tes
menggunakan computer
·
1987:
DSM III‐R dipublikasi
·
1990-an:
pengaruh health care pada asesmen kepribadian
·
1994:
publikasi DSM IV
·
2000:
DSM IV-TR
|
·
Kronologis
Intervensi
KRONOLOGIS INTERVENSI
|
|
·
1793 Pinel : humane care in French asylums
·
1848 : Dorothea Dix : fasilitas rumah sakit yang lebih baik untuk penderita
gangguan jiwa di New Jersey
·
1895 Breuer & Freud : studies in Hysteria
·
1900 Freud : The InterpretaKon of Dreams
·
1908 Clifford Beers : mental hygiene movement
·
1909 Healy membuat klinik bimbingan anak di Chicago
·
1920 Watson & Rayner : condiKoning of fears
·
1932 Moreno mengenalkan konsep terapi kelompok
·
1950 Dollard-Miller publish : personality and Psychotherapy
|
·
1951 Rogers : Client-Centered Therapy
·
1952 Eysenck kriKk terhadap Psikoterapi
·
1953 Skinner : aplikasi prinsip Operant
·
1958 Wolpe : DesensiKsasi SistemaKk
·
1965 : konperensi di Swampscob,
MA: lahirnya “community Psychology”
·
1980-an: bangkitnya “Health Psychology”, focus meningkat pada
psikoterapi Singkat dan riset dalam psikoterapi
·
1990-an: health care mempunyai pengaruh besar pada pelayanan
psikologis
·
1995: dajar tritmen yang
didukung secara empiris
|
·
Kronologis
Penelitian
KRONOLOGIS PENELITIAN
|
|
·
1897 Wundt : Laboratorium
Psikologi I di Leipzig
·
1890 William James publikasi : Principles of Psychology
·
1905 Binet & Simon : validitas tes yang dibuatnya
·
1916 Terman : peneliKan skala Binet
·
1939 Wechsler publikasi peneliKan Wechsler-Bellevue
·
1943 Hathaway & McKinley publikasi data MMPI
|
·
1952 Eysenck : kriKk terhadap Psikoterapi
·
1954 Rober : Social Learning Theory 1954 : Roger & Dymond : laporan
riset proses konseling
·
1977 Smith & Glass : laporan metaanalisis studi terapi 1980-an: tumbuh
riset Psikopatologi mengikuK publikasi DSM III
·
1990‐an: minat dalam behavior geneKcs meningkat
|
·
Kronologis
Profesi
KRONOLOGIS PROFESI
|
|
·
1892
American Psychological AssociaKon (APA) berdiri
·
1896
Witmer mendirikan Klinik Psikologi I
·
1909
Divisi Psikologi Klinis di APA terbentuk
·
1935
APA : Standard Training untuk Psi. Klinis
·
1936
Loukt: Publikasi I teks Psikologi Klinis
·
1937
Journal of ConsulKng Psychology
·
1945
hukum sertifikasi
pertama utk bidang Psikologi klinis di ConnecKcut psikologi Klinis
·
1947
ABEPP/ABPP didirikan untuk sertifikasi kompetensi klinisi
|
·
1949
Boulder Conferences : Scien&st-prac&oner
model
·
1953
APA : publikasi Ethical Standards
·
1946
VA & NIMH mulai mendukung
·
1968 Psy.D. Program berdiri di Universitas Illinois
·
1988 : perpecahan di Dalam APA-pembentukan American
Psychological Society (APS)
·
1992: publikasi revisi Ethical
Principles
·
1995: APA mendukung pembuatan resep oleh psikolog
|
DAFTAR PUSTAKA
Slamet, Suprapti dan Markam. 2003. Pengantar Psikologi Klinis .Jakarta
: UI-Press
D, Sundberg Norman. 2007. Psikologi Klinis, perkembangan teori, praktik,
dan penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Diakses
pada : http://obamir.blogspot.com
Diakses
pada : http://dianapsycho.blogspot.com
Diakses pada
: www.logos.com
Diakses pada
: http://blogs.unpad.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar