PSIKOLOGI POSITIF
Sejak dulu, manusia selalu dipandang sebagai
makhluk yang bermasalah. Dan itulah yang menjadi dasar dari kemunculan
Psikologi. Dan sejak awal kemunculannya, Psikologi datang untuk menjadi bidang
keilmuan yang tidak hanya menambah khasanah keilmuan itu sendiri, tapi juga
dapat membantu masalah yang ada pada manusia itu sendiri. Selama setengah abad
terakhir, psikologi sendiri hanya disibukkan pada satu topik, yaitu penyakit
mental, dan psikologi cukup berhasil dalam mengatasi hal ini. Para psikolog
sendiri telah cukup memahami masalah-masalah yang dulunya masih kabur, seperti depresi,
skizofrenia, dan alkhoholisme. Namun manusia kadang menginginkan lebih dari sekedar
menyelesaikan masalahnya, atau kelemahannya. Manusia juga menginginkan hidup
bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput.
Sejalan dengan hal itu sendiri Martin
Seligman mengungkapkan 14 macam penyakit psikologis bisa diobati (tidak
sepenuhnya sembuh) dan 2 macam penyakit psikologis dapat disembuhkan total. Artinya ada banyak penyakit yang masih akan
membuat manusia terkekang dalam masalahnya.
Di Amerika, pencarian kebahagiaan
diabadikan dalam Deklarasi kemerdekaan sebagai hak setiap warga. Pencarian
kebahagiaan juga dapat ditemukan pada rak buku-buku pengembangan diri di setiap
toko buku di Amerika. Namun, bukti-bukti ilmiah seakan-akan menunjukkan bahwa
tidak mungkin anda bisa meningkatkan level kebahagiaan kita secara terus
menerus. Bukti ilmiah bahkan menyebutkan bahwa kita memiliki rentang
kebahagiaan yang telah baku, seperti berat badan kita. Seperti perumpamaan
orang-orang yang berdiet, yang pada akhirnya juga akan kembali pada keadaan
semula. Sama halnya dengan orang-orang yang sedih tidak bisa berubah menjadi
selalu bahagia, dan orang-orang bahagia juga tidak bisa berubah menjadi selalu
sedih.
Namun, penelitian baru kemudian
menunjukkan bahwa kondisi tersebut dapat ditingkatkan secara terus-menerus.
Sebuah gerakan yang sebenarnya dicari oleh manusia untuk mendapat hidup
bermakna. Dan menyediakan tonggak panduan untuk kita bisa menemukan apa yang
disebut “Aristoteles” sebagai “ Kehidupan yang baik”.
Itulah sebabnya, Martin Seligman yang
saat itu baru dipilih sebagai presiden American Psychological Association, pada
tahun 1998 kemudian memoloporkan aliran baru dalam dunia psikologi, dan
menyebutnya sebagai psikologi positif.
Menurut Seligman, “Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan
dan kerusakan; psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan.
Pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak, pengobatan juga berarti
mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” Misi Seligman ialah
mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis – yang hanya berkutat
pada kekurangan manusia – ke psikologi positif, yang berfokus pada kelebihan
manusia, dari perhatian yang berlebihan pada penyakit ke konsentrasi pada
kesehatan.
Menurut
Prof. Seligman, ada tiga cara untuk bahagia:
1. Have
a Pleasant Life (life of enjoyment): milikilah hidup yg menyenangkan, dapatkan
kenikmatan sebanyak mungkin. ini mungkin cara yg ditempuh oleh kaum hedonis.
tapi jika ini cara yg kita tempuh, hati2 dengan jebakan hedonic treadmill (=
semakin kita mencari kenikmatan, semakin kita sulit dipuaskan) dan jebakan
habituation (kebosanan karena terlalu banyak, misalnya ; makan es krim pada
jilatan pertama sangat nikmat, tapi pada jilatan keduapuluh, kita jadi pengin
muntah). tapi pada takaran yg pas, cara ini bisa sangat membahagiakan.
2. Have
a Good Life (life of engagement): dalam bahasa aristoteles disebut eudaimonia,
terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yg membuat kita mengalami
"flow". merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan2 waktu berhenti
bergerak, kita bahkan tidak merasakan apapun, karena sangat "khusyu'".
fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan Seligman, Mihaly
Csikzentmihalyi. dan memberikan 7 ciri2 kita dalam kondisi flow:
a) Sepenuhnya
terlibat pada apa yg kita lakukan (focused, concentrated, khusyu')
b) Merasakan
"a senses of ecstasy" (seperti berada di luar realitas sehari-hari)
c) Memiliki "kejernihan yg luarbiasa"
(benar2 memahami apa yg harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya)
d) Menyadari
bahwa tantangan pekerjaan yg sedang ia hadapi benar2 dapat ia atasi (bahwa
skill yg kita miliki cukup memadai untuk mengerjakan tugas tersebut)
e) Merasakan
"kedamaian hati" ( tidak ada kekhawatiran dan merasakan diri kita
sedang bertumbuh melampaui ego kita sendiri)
f) Terserap
oleh waktu (karena khusyu' mengerjakan dan benar-benar terfokus pada "saat
ini dan disini", waktu seakan2 berlalu tanpa terasa)
g) Motivasi
Intrinsik (dimana merasakan "flow" itu sendiri sudah merupakan hadiah
yang cukup berharga untuk melakukan pekerjaan itu)
3. Have
A Meaningful Life (life of Contribution): milikilah semangat melayani,
berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau mahluk lain. menjadi bagian
dari organisasi atau kelompok , tradisi atau gerakan tertentu. merasa hidup
kita memiliki "makna" yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding
diri kita sendiri.
Psikologi positif mempunya tiga pilar
utama, pertama, pengkajian terhadap emosi positif. Kedua,
pengkajian terhadap sifat positif, terutama diantaranya adalah kekuatan dan
kebajikan, termasuk pula “kemampuan”
seperti intelegensi dan atletisme. Ketiga, pengkajian terhadap institusi
positif-seperti demokrasi, keluarga yang kukuh, dan kebebasan informasi-yang
mendukung kebajikan dan pada gilirannya mendukung emosi positif. Emosi positif seperti kepercayaan diri,
harapan, dan kepercayaan sangat membantu kita bukan ketika kehidupan itu terasa
mudah, melainkan saat kehidupan menjadi sulit.
Karena kecenderungan kita di abad ke-21
adalah menekankan penanganan aspek-aspek negatif, maka hampir semua pelatihan
lebih mengarahkan pelatihannya pada penanganan aspek negatif tersebut;
seolah-olah manusia itu hanya dipenuhi dengan masalah dan masalah saja. Dimana
pembahasan ini lebih pada penanganan masalah.
Pada masa-masa sulit, biasanya manusia
lebih mengarah pada pemahaman untuk meredakan penderitaannya dibanding harus memikirkan
untuk membangun kebahagiaan. Padahal pada masa itu yang lebih penting adalah memahami
dan menompang energi-energi positif seperti demokrasi, keluarga yang kukuh, dan
kebabasan informasi. Pada masa-masa sulit, memahami dan membangun kekuatan
serta kebajikan-diantaranya keberanian, perspektif, integritas, kesetaraan,
loyalitas-bisa jadi lebih mendesak daripada ketika masa-masa menyenangkan.
Psikologi positif sebenarnya adalah
suatu bidang ilmu yang memandang manusia tidak hanya pada segi masalah. Tapi
juga bagaimana manusia bisa mencapai kebahagiaan atau kehidupan bermakna. Ini
bisa didapatkan dengan membangun energi-energi positif dalam diri manusia itu
sendiri.
Dimana dulunya sebelum kedatangan
psikologi positif ini, psikologi hanya dianggap sebagai bidang keilmuan yang
diidentikkan dengan penyelesaian masalah-masalah dan gangguan-gangguan yang
dialami oleh manusia. Psikologi positif mencoba memandang manusia dari sisi
lain. Jika Psikologi patogenis memusatkan perhatian pada penderitaan, maka
psikologi positif berperan penting dalam kaitannya dengan membangun
kebahagiaan.
Sementara itu psikologi selama ini
hanya berkutat pada sifat-sifat buruk atau sifat negative manusia, psikologi
positif ingin menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. seperti berpikir
positif, penerimaan diri, kematangan emosional, aktualisasi diri dan sebagainya
yang membawa manusia mengarahkan energy positifnya dan menuju pada kehidupan
bermakna seperti yang dikemukakan oleh “Aristoteles” dengan “ Kehidupan yang
baik”.
Dengan begitu kita akan tau bahwa
manusia bukan hanya mahluk rakus, homo ovarus, yang mementingkan diri sendiri,
tetapi juga makhluk yang tidak bisa hidup normal tanpa mencintai dan dicintai.
Sumber : Seligman, Martin. 2005. Authentic Happines. Bandung : Mizan
ok... sangat membantu...
BalasHapustrims dikau yang berparas indah dsna...
heheee...