A. PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadarminta mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia. Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Masyarakat modern selanjutnya sering
disebut sebagai lawan dari masyarakat tradisional. Deliar Noer misalnya,
menyebutkan cirri-ciri masyarakat modern sebagai berikut:
a.
Bersifat rasional, lebih menekankan akal daripada emosi.
b.
Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah
yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
c.
Menghargai waktu, yakni menganggap waktu sebagai sesuatu yang bernilai dan
perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
d.
Bersifat terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik,
gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.
e.
Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari segi fungsi dan
kegunaan bagi masyarakat.
Dalam hal ini, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan Jalaludin Rahmat, membagi masyarakat
ke dalam tiga bagian. Pertama, Masyarakat Pertanian (agricultural
society), kedua Masyarakat Industry (industrial society), dan yang ke tiga
Masyarakat Informasi (informatical society).
B. PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN
“Revolusi Teknologi” atau yang terkadang dikaitkan dengan revolusi
industri lahir dari sebuah perkembangan zaman. Revolusi ini telah menjadi titik
awal dimana mayoritas manusia meningkatkan kontrol pada materi, ruang dan
waktu. Selain itu juga menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola fikir dan
sistem rujukan. Dalam kaitan ini terdapat tiga keadaan dalam mensikapi revolusi
industri, yaitu kelompok yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya.
Bagi kelompok yang optimis, revolusi teknologi justru menguntungkan, seperti yang dikatakan Ziauddin Sardar. Menurutnya, revolusi teknologi yang sekarang sedang dijajakan sebagai suatu rahmat besar bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif di televisi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah begitu menarik. Pada lingkungan yang terpelaajar, lain lagi caranya, yaitu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku akademis. Disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya desentralisasi, dan karena itu akan melahirkan suatu masyarakat yang lebih demokratis.
Sementara itu bagi kelompok yang pesismis memandang kemajuan di bidang
teknologi akan memberikan dampak yang negatif, karena hanya akan memberikan
kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu
mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan dan lain-lain.
Sementara bagi mereka yang terbelakang, akan tetap menjadi terbelakang.
Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian misalnya, akan menyebabkan
keuntungan bagi mereka, para petani yang memiliki modal saja. Sedangkan bagi
yang tidak memiliki modal semakin menghadapi masalah yang serius. Lapangan
kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah mulai ditangani oleh
teknologi yang hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.
Disisi lain, kelompok yang mengambil sikap antara optimis dan pesimis
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengatakan bahwa,
iptek itu positif atau membahayakan pada pengangguran, inflasi dan pertumbuhan,
tergantung pada cara orang mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi
kepentingan kerjasama dan perdamaian. Dalam kaitan ini menarik sekali apa yang
dikemukakan seorang Sosiolog Prancis, Jacques Ellul yang mengatakan bahwa kemajuan
dalam bidang teknologi akan memberikan pengaruh sebagai berikut:
a.
Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi
teknologi memberikan nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
b.
Nilai-nilai manusia yang tradisional misalnya, harus dikorbankan demi
efisiensi.
c.
Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah daripada
pemecahan.
d.
Efek negatif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek positif,nya.
Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi serentak dan
tidak terpisahkan.
e.
Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tidak terduga.
Sikap manakah dari ketiga sikap yang dikermukakan di atas itu yang akan diambil? Itu semua tergantung pada cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Bagi umat Islam yang selalu diajarkan bersikap adil terhadap berbagai masalah, tampaknya sikap yang pertengahan yang perlu diambil. Yaitu berupa sikap yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan di bidang iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak disalahgunakan.
Kehadiarn Ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern. Diantaranya:
Sikap manakah dari ketiga sikap yang dikermukakan di atas itu yang akan diambil? Itu semua tergantung pada cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Bagi umat Islam yang selalu diajarkan bersikap adil terhadap berbagai masalah, tampaknya sikap yang pertengahan yang perlu diambil. Yaitu berupa sikap yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan di bidang iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak disalahgunakan.
Kehadiarn Ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern. Diantaranya:
1.
Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern
ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing
ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada
kaum teolog, ilmuan, politisi, sosiolog, ahli biologi, psikolog dan lain-lain.
maka jawaban yang ia dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan terkadang
jawaban tersebut sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat manusia
kebingungan.
2.
Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)
Karena kehidupan
manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai
spiritual dan terkotak-kotak. Ini akan menyebabkan manusia menjadi pribadi yang
terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus
ilmu ynag eksak dan kering. Akibatnya, kini tengah menggelinding proses
hilangnya kekayaan rohaniah.
Jika proses keilmuan
yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama. Maka proses kehancuran
pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut,
semua kekuatan yang lebih tinggi untuk meningatkan derajat kehidupan manusia
akan musnah. Sehingga, tidak hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan,
tetapi juga kecerdasan dan moral kita.
3.
Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari
terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek
telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat
senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain,
subversi dan lain-lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk
tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komuniasi dan
lain-lain telah menghancurkan umat manusia.
4.
Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain
dari pola pikiran keilmuan yang disebut diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya
mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya.
Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan informasi
yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan diannggap tidak ilmiah
dan kampungan.
5.
Pola Hubungan Materialistik
Semangat persaudaraan
dan rasa saling tolong-menolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak
tampak lagi. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh
antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
Demikian pula
penghormatan yang diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh
mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara materialis. Akibatnya ia
menempatkan perimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani,
kemanusiaan dan imannya.
6.
Penghalalan Segala Cara
Sebagai imbas atas
pola hidup yang matelialis dan dangkalnya iman seseorang, maka seseorang akan
mengedepankan segala yang sekiranya mampu memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam
hal ini adalah dengan menghalalkan segala cara tanpa memikirkan dampak
spiritual bagi dirinya sendiri.
7.
Stress dan Frustasi
Kehidupan modern yang
demikian kompleks menggiring manusia untuk mengarahkan seluruh fikiran, tenaga,
kemampuan. mereka terus bekerja dan memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan
waktu. Dampaknya, mereka begitu mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi. Dan
ketika segala yang mereka gagal, mereka cenderung tertekan dalam dinaamika
zaman.
Hal buruk lainnya,
karena dari awal mereka tidak mempunyai pegangan yang jelas maka ketika
hancurpun mereka tetap tidak memiliki pegangan yang bisa di jadikan dasar.
Sehingga nantinya mereka akan frustasi akan segala hal buruk yang menimpa
mereka.
8.
Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat sejumlah
orang yang terjerumus dan salah memilih jalan. Masa mudanya dihabiskan untuk
menuruti hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Ada suatu saat
diaman ia sudah tua renta. Secara fisik sudah tak lagi berdaya. Tenaga sudah
tidak mendukung lagi untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini akan merasa
kehilangan harga diri dan masa depannya. Kemana ia harus berjalan? ia tidak
tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya. Dan hal Itu
adalah bantuan dari Tuhan.
C. PERLUNYA
PENGMBANGAN AKHLAK TASAWUF
Banyak cara yang
diajukan para ahli untuk mengatasi problematika modern. Salah satu cara yang
hampir disepakati secara bulat oleh para ahli adalah dengan cara mengembangkan
kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Bertasawuf disini diartikan sebagai
jalan atau proses untuk menuju pada ketenangan batin. Yaitu melalui jalan untuk
mendekatkan diri pada Tuhan.
Tujuan ajaran tasawuf
sendiri adalah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga
seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di dekat hadirat-Nya. Upaya ini
antara lain dilakukan dengan kontemplasi, melepaskan diri dari jeratan dunia
yang senantiasa berubah dan bersifat sementara.
Sikap dan pandangan sufistik ini sangat diperlukan oleh masyarkat modern yang mengalami jiwa yang terpecah sebagaimana disebutkan diatas. Dengan catatan, asalkan pandangan terhadap tujuan tasawuf tidak dilakukan secara eklusif dan individual, melainkan berdaya aplikatif dalam merespon segala masalah yang diihadapi.
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh ilmu pengetauan yang berserakan itu. Karena melalui tasawuf ini, seseorang di sadarkan bahwa sumber segala sesuatu, termasuk ilmu adalah Tuhan. Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan ini akan membuat seseorang untuk mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dia hadapi.
Sikap dan pandangan sufistik ini sangat diperlukan oleh masyarkat modern yang mengalami jiwa yang terpecah sebagaimana disebutkan diatas. Dengan catatan, asalkan pandangan terhadap tujuan tasawuf tidak dilakukan secara eklusif dan individual, melainkan berdaya aplikatif dalam merespon segala masalah yang diihadapi.
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh ilmu pengetauan yang berserakan itu. Karena melalui tasawuf ini, seseorang di sadarkan bahwa sumber segala sesuatu, termasuk ilmu adalah Tuhan. Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan ini akan membuat seseorang untuk mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dia hadapi.
Demikian pula tarikat
yang terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqomah dan
jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu mempunyai
pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia tetap tabah dan tidak
mudah terhempas oleh cobaan yang akan membelokkan ke jurang kehancuran. Dengan
demikian, stress, putus asa dan lainya akan dapat dihindari.
Poin terakhir problematika masyarakat modern diatas adalah kehilangan masa depannya, merasa sunyi dan kehampaan jiwa di tengah laju dunia modern. Menanggapi hal itu dalam tasawuf diajarkan untuk ibadah, berdoa, dzikir, taubah dan lain-lainnya. Inilah yang memberikan harapan pada kehidupan yang lebih bermakna, kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.
Poin terakhir problematika masyarakat modern diatas adalah kehilangan masa depannya, merasa sunyi dan kehampaan jiwa di tengah laju dunia modern. Menanggapi hal itu dalam tasawuf diajarkan untuk ibadah, berdoa, dzikir, taubah dan lain-lainnya. Inilah yang memberikan harapan pada kehidupan yang lebih bermakna, kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.
Itulah beberapa
sumbangan positif dari akhlak tasawuf dalam rangka memecahkan atau memberika
solusi atas beberapa permasalahan yang terjadi dalam dunia modern. Akhlak
tasawuf benar-benar menjadi alternatif terbaik yang mampu diterapkan dalam
konsep kehidupan manusia. Maka sudah sewajarnya, kita bersama menyisipkan sedikit
demi sedikit akhlak tasawuf dalam kehidupan kita agar segala sesuatu menjadi
seimbang dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 1997.
Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Amin, Ahmad. 1983.
Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang
Nasr, Husein. 1985.
Tasawuf Dulu dan Sekarang. Jakarta: Pustaka Firdaus
Poerwadarminta, W. J.
S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar