Yup, lagi-lagi aku mau
bahas soal pemaafan, berhubung lagi mau penelitian pemafaan, aku juga pengen
sharing sama siapapun kamu 'teman GGL' buat berbagi ilmu. Nah kalau bicara
pemaafan tentu kita juga akan berbicara tentang karakter, tapi yang lebih jelas
nih, adalah perbedaan antara laki-laki dan pere,, yuk mari.
Pemaafan dan Empati itu
Beda nggak sih antara laki-laki dan perempuan? Ini dia referensinya, cek this
out!
Dalam keseharian, hal yang
tidak bisa diulangi untuk bisa dihindari oleh seseorang adalah saat ia
melakukan kesalahan. Namun bagaimanapun juga hal semacam ini bisa diatasi
dengan hal yang kita sebut sebagai proses pemaafan baik itu memaafkan sendiri
atau meminta maaf.
Menurut Smedes (1984) menerima orang lain tidak sama
dengan memaafkan. Menerima orang lain terjadi ketika orang lain tersebut
dianggap sebagai orang yang baik . Sementara itu, memaafkan orang lain terjadi
tatkala orang lain itu melakukan hal- hal buruk terhadap.
Sementara itu McCullough dkk. (1997)
yang mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah
seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara
kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk
konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Enright (dalam McCullough
dkk., 2003) sendiri mendefinisikan pemaafan sebagai sikap untuk mengatasi hal-
hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak
menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta
kepada pihak yang menyakiti.
Berdasarkan definisi-definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa pemaafan adalah upaya membuang semua keinginan
pembalasan dendam dan sakit hati yang bersifat pribadi terhadap pihak yang
bersalah atau orang yang menyakiti dan mempunyai keinginan untuk membina
hubungan kembali.
Ada banyak hal yang mempengaruhi
seseorang dalam proses pemaafan, salah satunya empati. Secara lebih luas empati diartikan sebagai ketrampilan sosial tidak sekedar
ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi
juga mampu melakukan respon kepedulian (concern) terhadap perasaan dan
perilaku orang tersebut. Zahn-Waxler dan Smith (dalam Davies, 1999) mengatakan
bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak
menunjukkan perilaku prososial dan empati terhadap orang lain, dibandingkan
anak laki-laki. penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa wanita lebih
empatik dan relasional daripada pria (misalnya, Eisenberg & Lennon, 1983;
Lennon & Eisenberg, 1987). Dengan kata lain, wanita memiliki kecendrungan
untuk pemaafan dibanding laki-laki didasarkan atas tingginya rasa empati yang
dimiliki mereka. Meskipun sebenarnya kebenaran penelitian ini diragukan dalam
tingkat populasi ataupun bias dari pola prilaku. Miller dkk. (2008) berteori
efek gender forgiveness dan dilaporkan korelasi dalam arah diprediksi (r_ _
.14), menunjukkan bahwa perempuan yang agak lebih pemaaf daripada pria.
Berbeda dengan apa yang
diungkapkan oleh Zahn-Waxler dan Smith, Loren dan Jon R (2005) mendapatkan hasil
yang menunjukkan bahwa wanita lebih empatik dari pria, tetapi tidak ada
perbedaan gender untuk pengampunan tampak jelas. Namun, hubungan antara empati
dan pengampunan memang berbeda berdasarkan gender. Empati dikaitkan dengan
pengampunan pada pria-tapi tidak pada wanita. Di seluruh 53 studi dan 8.366
peserta, hubungan antara gender dan pengampunan tidak signifikan (r_ _ .01). Sebuah
studi tambahan 23 (3.364 peserta) juga melaporkan efek yang tidak signifikan
gender dalam deskripsi verbal dari temuan mereka.
Kesimpang siuran akan permasalah terkait bagaimana
pemaafan dilihat dari jenis kelamin tentu menjadi hal yang perlu ditelusuri
lebih jauh, guna mencari tahu kebenaran tentang teori tersebut atau penguatan
dari salah satunya. Dan lagi Pemaafan merupakan bagian
dari psikologi positif yang dalam beberapa tahun ini mulai banyak digemari.
Meski begitu, untuk di Indonesia sendiri penelitian terkait isu pemaafan masih
sangat sedikit, sehingga penelitian ini tentu menjadi penting untuk kita
lakukan dalam menambah literature keilmuan tentang pemaafan.
DAFTAR PUSTAKA
Fincham, Frank D. 2004,
Vol. 18, No. 1, 72–81. Forgiveness and Conflict Resolution in Marriage.
Journal of Family Psychology. the American Psychological Association, Inc.
Loren Toussaint
and Jon R. Webb.2005. December ; 145(6):
673–685. Gender Differences in the Relationship Between Empathy and
Forgiveness: J Soc Psychol.
R, Snyder C & J, Shane Lopez (Eds.)
2002. Handbook of Positive Psychology. Newyork. Oxford University
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar