ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Sabtu, 15 Desember 2012

Kualitas Hubungan Interpersonal


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Menurut Berscheid dan Ammazzalorso (2004), konsep hubungan : mengacu pada dua orang yang perilakunya saling dalam perubahan perilaku dalam satu kemungkinan menghasilkan perubahan perilaku yang lain. Sementara hubungan interpersonal dalam pernikahan dan keluarga sendiri sering diistilahkan dengan  close relationship (CR) (Hendrick & Hendrick, 2000) .
Close Relationship menunjukkan pola interaksi yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, dimana pengaruh pasangan satu sama lain saling mempengaruhi secara intens dan kuat, termasuk dalam perilaku  (Kelley dkk, 1983.). Menurut Menurut Spanier dan Lewis menyingkat bentuk kualitas hubungan interpersonal dalam pernikahan dengan kualitas pernikahan. Kualitas pernikahan sendiri didefinisikan sebagai evaluasi subjektif hubungan pasangan suami-istri ini pada sejumlah dimensi dan evaluasi (dalam Hassebrauck dan Fehr, 2002).
Dengan begitu dapat kita sebutkan bahwa kualitas hubungan interpersonal pada pasangan suami istri merupakan tingkat baik atau buruknya close relationship melalui evaluasi subjektif dalam suatu hubungan pernikahan pasangan suami istri.
Dimensi Kualitas Hubungan Interpersonal
Hassebrauck dan Fehr (2002) mengungkapkan ada 4 dimensi dari sebuah kualitas hubungan dalam pernikahan, antara lain yaitu :
a.       Keintiman
Keintiman disebutkan sebagai hal yang paling berpengaruh pada kualitas hubungan, dimana dalam suatu pernikahan keintiman ditandai dengan adanya proses untuk meluangkan waktu untuk satu sama lain, mendengarkan satu sama lain, kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, dan sebagainya.
b.      Kesepakatan (perjanjian) atau komitmen
Dalam sebuah pernikahan tentu kesepakatan merupakan hal yang kadang di abaikan, namun sebenarnya diperlukan dalam membangun hubungan pernikahan ke arah yang lebih baik. Misalnya saja untuk pembagian tugas dan tanggung jawab, ini perlu disepakati antara suami dan istri, sehingga baik keduanya bisa saling mengevaluasi di kemudian hari untuk merujuk pada kualitas hubungan yang lebih baik. Dimensi ini sendiri dapat dilihat dari tujuan bersama, kesamaan, jaminan keamanan, keharmonisan, maupun rendahnya tingkat pertengkaran (Hassebrauck dan Fehr, 2002).  
c.       Kemandirian
Banyak orang berpikir bahwa kemandirian akan menjadi dimensi penting dari kualitas hubungan hanya untuk anak muda, orang berpendidikan. Namun, berbagai macam usia dan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa dari berbagai variabel seperti otonomi, mempertahankan individualitas, serta memiliki dan memungkinkan untuk kebebasan, yang mengacu pada kemandirian disebutkan memberikan pengaruh pada kualitas hubungan interpersonal (Hassebrauck dan Fehr, 2002). Dimensi ini, juga merupakan bagian dari kepercayaan relasi diidentifikasi oleh Fletcher dan Kininmonth (1992), untuk mengukur kualitas hubungan.
d.      Seksualitas
Hassebrauck (2002) menyebutkan bahwa dimensi seksualitas merupakan dimensi paling sedikit memberikan dampak pada kualitas hubungan dalam suatu pernikahan. Sementara O.Lorenz dan Wickrama, Conger, dan Elder (2006) menemukan bahwa kepuasan seksualitas pada awalnya memberikan pengaruh pada tingginya kualitas hubungan pernikahan namun sekaligus menjadi penyebab ketidakstabilan dari kualitas hubungan pernikahan sendiri. Dimensi ini ditandai dengan keharmonisan seksual, kepuasan seksual, dan kontak fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar