Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kualitas adalah
tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Menurut Berscheid dan
Ammazzalorso (2004), konsep hubungan : mengacu pada dua orang yang perilakunya
saling dalam perubahan perilaku dalam satu kemungkinan menghasilkan perubahan
perilaku yang lain. Sementara hubungan interpersonal dalam pernikahan dan
keluarga sendiri sering diistilahkan dengan
close relationship (CR) (Hendrick & Hendrick, 2000) .
Close Relationship menunjukkan pola interaksi yang berlangsung
selama jangka waktu yang panjang, dimana pengaruh pasangan satu sama lain
saling mempengaruhi secara intens dan kuat, termasuk dalam perilaku (Kelley dkk, 1983.). Menurut Menurut Spanier dan Lewis menyingkat
bentuk kualitas hubungan interpersonal dalam pernikahan dengan kualitas
pernikahan. Kualitas pernikahan sendiri didefinisikan sebagai evaluasi
subjektif hubungan pasangan suami-istri ini pada sejumlah dimensi dan evaluasi
(dalam Hassebrauck dan Fehr, 2002).
Dengan begitu dapat kita sebutkan bahwa
kualitas hubungan interpersonal pada pasangan suami istri merupakan tingkat
baik atau buruknya close relationship melalui evaluasi subjektif dalam
suatu hubungan pernikahan pasangan suami istri.
Dimensi Kualitas Hubungan Interpersonal
Hassebrauck dan Fehr (2002) mengungkapkan ada
4 dimensi dari sebuah kualitas hubungan dalam pernikahan, antara lain yaitu :
a. Keintiman
Keintiman disebutkan sebagai hal yang paling
berpengaruh pada kualitas hubungan, dimana dalam suatu pernikahan keintiman
ditandai dengan adanya proses untuk meluangkan waktu untuk satu sama lain,
mendengarkan satu sama lain, kejujuran, keterbukaan, kepercayaan, dan
sebagainya.
b. Kesepakatan (perjanjian) atau komitmen
Dalam sebuah pernikahan tentu kesepakatan
merupakan hal yang kadang di abaikan, namun sebenarnya diperlukan dalam
membangun hubungan pernikahan ke arah yang lebih baik. Misalnya saja untuk
pembagian tugas dan tanggung jawab, ini perlu disepakati antara suami dan
istri, sehingga baik keduanya bisa saling mengevaluasi di kemudian hari untuk
merujuk pada kualitas hubungan yang lebih baik. Dimensi ini sendiri dapat
dilihat dari tujuan bersama, kesamaan, jaminan keamanan, keharmonisan, maupun rendahnya tingkat pertengkaran (Hassebrauck dan Fehr, 2002).
c. Kemandirian
Banyak orang berpikir bahwa kemandirian akan
menjadi dimensi penting dari kualitas hubungan hanya untuk anak muda, orang
berpendidikan. Namun, berbagai macam usia dan tingkat pendidikan menunjukkan
bahwa dari berbagai variabel seperti otonomi, mempertahankan individualitas, serta
memiliki dan memungkinkan untuk kebebasan, yang mengacu pada kemandirian
disebutkan memberikan pengaruh pada kualitas hubungan interpersonal
(Hassebrauck dan Fehr, 2002). Dimensi ini, juga merupakan bagian dari
kepercayaan relasi diidentifikasi oleh Fletcher dan Kininmonth (1992), untuk
mengukur kualitas hubungan.
d. Seksualitas
Hassebrauck (2002) menyebutkan bahwa dimensi
seksualitas merupakan dimensi paling sedikit memberikan dampak pada kualitas hubungan
dalam suatu pernikahan. Sementara O.Lorenz dan Wickrama, Conger, dan Elder
(2006) menemukan bahwa kepuasan seksualitas pada awalnya memberikan pengaruh
pada tingginya kualitas hubungan pernikahan namun sekaligus menjadi penyebab
ketidakstabilan dari kualitas hubungan pernikahan sendiri. Dimensi ini ditandai dengan keharmonisan seksual,
kepuasan seksual, dan kontak fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar