ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Jumat, 01 Juni 2012

Demam K-Pop menurut Psikologi

Tidak bisa dipungkiri lagi demam K-Pop telah melanda Indonesia, dimana-mana hal-hal yang berbau K-Pop menjadi laris manis, mulai dari makanan, pakaian, budaya, bahasa yang berangkat dari kesuksesan drama dan musik Korea yang mulai mewabah di kawasan ASIA. Dan di Indonesia sendiri selain drama yang paling memberikan pengaruh adalah masuknya industry musik K-Pop yang disambut hangat oleh para pengemarnya di tanah air.
Sebelumnya yang perlu menjadi catatan penting kenapa kemudian gaya bermusik K-Pop sendiri banyak digemari dan bahkan dijadikan patokan oleh selebriti Indonesia, antara lain yaitu :
1.      Indonesia adalah negara demokrasi, yang semua informasi bisa bebas keluar masuk. Sifat dasar keramah-tamahan orang Indonesia membuat kita menjadi terbuka pada semua tamu yang datang termasuk K-Pop. Lebih lagi negara kita kurang memiliki filter atau penyaringan untuk masuknya suatu budaya tertentu, sehingga menyebabkan perkembangan K-Pop bisa terus menerus berlangsung di Indonesia.
2.      Penduduk Indonesia memiliki budaya ‘latah’ yang tidak bisa dihindarkan untuk kita akui. Kesuksesan satu warnet akan memberikan peluang usaha untuk ratusan warnet yang baru. Begitu juga kesuksesan musik K-Pop akan membuat para pakar industri menampilkan hal yang serupa untuk mendapatkan keuntungan. Seperti kemunculan boyband Smash, S9B dan sebagainya. Lebih lagi media hiburan saat ini sangat memberikan pengaruh dengan munculnya program musik di setiap harinya. (Majalah Asian look, halaman 66, Volume 14)
3.      Kemajuan teknologi yang tidak memberikan batasan jarak. Sehingga bisa melihat langsung seperti apa perkembangan musik K-Pop yang selalu gencar bermain di dunia maya, lebih lagi dengan keuntungan aliran musik K-Pop banyak pula artis-artis dari Indonesia yang kemudian menyuguhkan musik yang sama, sehingga masyarakat terus disuguhkan pada satu aliran musik. ( Majalah Asian Hits, hal 14, Volume 4, Suka Bigbag gara-gara Heaven)
4.      Adanya konformitas dari orang-orang sekitar yang menyukai K-Pop sehingga sedikit atau banyak seseorang akan mulai tertarik pada dunia K-Pop itu sendiri. Lebih lagi yang menjadi pasar dari musik ini kebanyakan adalah kalangan muda, dimana dalam masanya mereka akan lebih cenderung konform pada teman-temannya.
Dari berbagai alasan di atas kemudian menjadi mudah bagi aliran music K-Pop untuk berkembang di Indonesia. Dan anak muda mulai mengidolakan mereka. Menurut tokoh psikologi yang kita kenal, Sigmund Freud, konsep mengidolakan yang kita ketahui ini sejalan dengan konsep identifikasi yang diungkapkannya.
Identifikasi sendiri adalah mekanisme psikologis, dimana seseorang mencoba membentuk identitas dirinya dengan cara mengadopsi secara total figur-figur idialnya (idola) untuk dijadikan identitasnya. Dimana sebenarnya identifikasi sendiri berawal dari mekanisme pertahanan diri anak, introyeksi. Dimana ketika terjadi oedipus complex anak mulai mengintroyeksi kekuasaan orang tuanya untuk mempertahankan diri yang ditandai dengan kemunculan superego. Sehingga anak kemudian mengambil nilai-nilai yang di anut orang tuanya. Hanya saja pada saat anak melalui perkembangan laten (kira-kira di usia enam -12 th), superego mereka menjadi bersifat personal, yang berarti ada pergeseran dari sekedar identifikasi kaku pada orang tua.
Disinilah kemudian diketahui, bahwa identifikasi mulai bergerak bebas, tidak lagi pada orang tua, seperti idola. Dimana dalam teori psikoanalitik, identifikasi dihubungkan dengan proses tidak disadari yang dilalui seseorang dalam meniru karakteristik (sikap, pola, perilaku, emosi) orang lain.
Dan dari beberapa artikel yang kami kumpulkan terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan proses identifikasi penggemar K-Pop pada Idolanya, antara lain yaitu :
a.      Proses peniruan tingkah laku dan gaya idola.
Dalam teori psikoanalitik, identifikasi dihubungkan dengan proses tidak disadari yang dilalui seseorang dalam meniru karakteristik (sikap, pola, perilaku, emosi) orang lain. Misalnya saja secara tidak sadar seseorang mengikuti gaya bicara sang idolanya. Ataupun ketika mereka meniru gaya rambut dan penampilan para idolanya, seperti yang dilakukan oleh Zuzu, sebuah cover dance dari boyband K-Pop yaitu Super Junior. Padahal dalam konteksnya Superjunior adalah boyband yang notabene berjenis kelamin laki-laki sedang Zuzu adalah para wanita yang rela memangkas rambut mereka demi terlihat sama dengan idolanya. (majalah Asian Look, hal 46, Volume 14-ZUZU Cover Dance Superjunior)
b.      Penyuka Korea sering menyamakan diri dengan idolanya.
Dalam pandangan psikoanalitik, identifikasi lebih dari penjiplakan perilaku idola saja, seseorang juga memberi respons seolah-olah ia adalah sang idola. Seseorang merasa ketika dia meniru sikap dari idolanya, mereka beranggapan bahwa mereka telah menyerap sebagian kekuatan dan persyaratan yang dimiliki idolanya. Sehingga kemudian tak jarang kita temui penggemar korea yang mencover seperti apa idolanya mulai dari gaya rambut sampai pada penampilan. (majalah Asian Look, hal 46, Volume 14-ZUZU Cover Dance Superjunior) maupun ketika mereka mencover tarian dan gaya bernyanyi idolanya (Majalah Asian Look, volume 14 hal 26-27-Korean Culture Center In Indonesia. Majalah Asian Look, hal 60, Volume 14-Global Flashmob. Majalah Asian Look, hal 34-35 Volume 13, Shinee Word Day). Atau seperti yang terjadi pada boyband asal Indonesia S9B yang menjadikan Superjunior sebagai role model mereka, sehingga kemudian formasi boyband mereka juga mengarah sama pada idola mereka begitu juga aksi mereka setiap kali tampil di atas panggung ( Majalah Asian Look, halaman 56-Volume 14-Boyz Indonesi,S9B).
c.       Mengoleksi hal-hal yang berkaitan dengan Idola
Agar bisa terlihat sama seperti sang idola, maka yang dilakukan para penggemar untuk mengidentifikasi diri adalah dengan mengetahui apapun tentang idolanya, sehingga ketika mereka ditanya tentang idolanya, mereka bisa menjelaskan dengan jelas. Sehingga kemudian untuk idola mereka akan membuat mereka bersedia menyediakan waktu, kesempatan dan uang mereka untuk membeli pernak-pernik atau hal-hal terkait dengan sang idola mereka, pencarian informasi, membeli album, maupun mengikuti voting untuk mendukung sang idola. (Koleski 2PM, Majalah Asian Look, hal 34-35 Volume 01, 20 Gejala terkena virus K-Pop)
d.      Kesukaan yang sama dengan Korea, membentuk interaksi yang baik.
Kesukaan terhadap idola tidak hanya menuntun seseorang menjadi senang bergaul dengan orang yang disenanginya dan memiliki kesamaan terhadap K-Pop, sehingga kemudian saling terlibat dalam interaksi terkait dengan masalah K-Pop. Dimana saat membicarakan idola mereka menganggap bahwa aturan yang berlaku adalah aturan yang disadur antara mereka dan idola mereka (ingrup), bukan orang-orang diluar mereka (outgrup). Dalam hal ini ditujukkan dengan munculnya klub-klub penggemar yang tentunya disatukan dalam kesamaan terhadap idola, sehingga kemudian bisa berbagi terhadap berbagai informasi yang mereka ketahui atau belum diketahui tentang idolanya. ( Majalah Asian Look, halaman 52, Volume 13- Official Shinee World Indonesia Pusastnya fans Shinee di Indonesia. Gaul, edisi 08 tahun XI, 27 Feb-4 mar 2012-ELF Indonesia tetap Eksis).

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. artikelnya bagus untuk pengetahuan untuk para penggemar kpop ditanak air
    http://blog.binadarma.ac.id/ay_ranius
    My blog

    BalasHapus