ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Jumat, 30 Maret 2012

Gangguan Kepribadian dalam Islam

Gangguan kepribadian adalah serangkaian perilaku manusia yang menyimpang (inkhiraf) dari fitrah asli yang murni, bersih dan suci, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Penderita gangguan ini secara fisik boleh jadi berpenampilan kuat dan gagah tapi secara batin sebenarnya rapuh dan gelisah. Gangguan kepribadian disebut sebagai Akhlak tercela (Akhlaq Mahzmumah). Dimana gangguan kepribadian yang kemudian berbentuk kepribadian buru, merupakan psikopantologi dalam peristilahan psikologi perspektif Islam. Adapun psikopantologi memiliki dua ciri, yaitu :
a.       Perilaku itu dapat mengganggu realisasi dan aktualisasi diri
b.      Perilaku itu mengandung dosa yang dilarang oleh ALLAH SWT
Psikopantologi menurut adanya gangguan kejiwaan, sedang Islam menuntut adanya gangguan fitrah manusia seperti dosa, atas dasar inilah, gangguan kepribadian dibagi dalam dua kategori, yaitu dalam hal bersifat duniawi dan bersifat uhkrawi.
A.    Penyebab Gangguan kepribadian dalam Islam
Akhlak tercela dianggap sebagai gangguan kepribadian/psikopantologi, sebab hal itu mengakibatkan dosa, baik dosa vertical maupun dos horizontal atau social.
Dimana dosa adalah kondisi emosi seseorang yang dirasa tidak tenang. Setelah ia melakuka suatu perbuatan dan merasa tidak enak jika perbuatan itu diketahui oleh orang lain. Adapun dua faktor utama yang menyebabkan manusia melakukan perilaku dosa, yaitu :
1.      Internal (dari dalam diri individu)
-          Kalbu sebagai sentral kepribadian manusia mengalami sakit, karena potensinya tidak diaktualisasikan sebagaimana mestinya.
-          Hawa nafsu
-          Orientasi dan motivasi hidup yang materialisme
2.      Eksternal (dari luar individu)
-          Godaan setan, yang membisikkan buruk pada diri manusia, sehingga manusia tidak mampu bereksistensi sebagaimana adanya.
-          Makanan dan minuman yang syubhat dan haram, termasuk pakaian dan tempat tinggal yang haram.
B.     Klasifikasi Gangguan Kepribadian dalam Islam
1.      Gangguan kepribadian yang berhubungan dengan akidah atau dengan tuhan
2.      Gangguan kepribadian yang berhubugan  dengan kemanusiaan
3.      Gangguan kepribadian yang berkaitan dengan pemanfaatan alam semesta sebagai realisasi tugas-tugas kekhalifahan.
C.    Bentuk-bentuk Gangguan Kepribadian dalam Islam
1.      Kepribadian menyekutukan ALLAH (syirik)
Pertama, menyekutukan Tuhan (syirik). Secara harfiah syirik diartikan sebagai menyekutukan Allah, sedangkan menurut psikologis adalah kepercayaan, sikap dan perilaku mendua atau lebih terhadap masalah-masalah yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Penderita biasanya meninggalkan kesenangan abadi untuk mengejar kesenangan sesaat. Hampir semua bentuk psikopatologis dalam perspektif Islam bermuara pada syirik, karena menjadi sumber penganiayaan diri yang berat (Q. S. Luqman :13), sumber rasa takut (Q. S. Ali-Imran : 151), sumber dari segala kesesatan dan dosa yang tidak terampuni.
2.      Kepribadian yang ingkar (kufur)
Kedua, pengingkaran (kufur). Kufur adalah sikap dan perilaku yang tertutup dan mengingkari terhadap sesuatu yang sebenarnya. Kufur tergolong psikopatologi karena pelakunya tidak tahu diri, tidak sadar diri, dan tidak tahu berterima kasih. Adapun jenis-jenis kufur yang dianggap sebagai psikopatologis adalah : (1) Kufur bi Allah, yaitu mengingkari akan ketuhanan Allah disebabkan imannya kurang atau lemah. (2) Kufur bi risalah Muhammad, yaitu mengingkari kerasulan Nabi Muhammad. (3) Kufur bi ni’ mat, yaitu mengingkari nikmat Allah yang diberikan kepada dirinya.
3.      Kepribadian yang bermuka dua (nifaq)
Ketiga, bermuka dua (nifaq), yaitu menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan kebobrokan. Nifaq termasuk kedalam psikopatologi karena tergolong karakter orang yang munafik.
4.      Kepribadian yang fasiq (fusuq)
Keempat, kepribadian fasiq merupakan sikap dan perilaku yang selalu melakukan kemaksiatan, sekalipun dalam dirinya beriman kepada Allah SWT.
5.      Kepribadian yang suka pamer (riya)
Kelima, penyakit riya’, yaitu melakukan suatu perbuatan karena pamrih, pamer, atau cari muka pada orang lain. Riya’ termasuk psikopatologis karena pelakunya berbuat sesuatu hanya untuk mencari muka, tanpa memperhitungkan produktivitas dan kualitas amaliyahnya.
6.      Kepribadian yang pemarah (ghadhab)
Keenam, marah (gadab). Marah menunjukkan tingkat kelabilan kejiwaan seseorang, sebab ia tidak mampu mengendalikan amarahnya. Menurut Al-Ghazali, penyakit ghadab disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas, dan unsur tersebut mengalahkan atau melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah dalam diri manusia. Sabda Nabi SAW
7.      Kepribaidan yang pelupa atau lalai (ghaflah/nisyan)
Ketujuh, lupa (gaflah atau nisyan), yaitu sengaja menghilangkan atau tidak memperhatikan (inattention) sesuatu yang seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari esensi kehidupannya. Secara fitrah manusia berpeluang untuk lupa dan kelupaan fitrah ini tidak termasuk dalam kategori psikopatologi Islami, sekalipun kelupaan itu masuk dalam kategori anmnestik, bahkan kelupaan ini dapat membebaskan seseorang dari tuntutan dan kewajiban sampai ia sadar kembali. Kelupaan yang menjadi bahasan psikopatologi Islami adalah kelupaan yang disengaja terhadap sesuatu keyakinan, nilai-nilai hidup yang mendasar dan pandangan hidupnya. Seseorang yang melupakan keyakinan, nilai-nilai hidup dan pandangan hidupnya maka segala tindakannya menjadi tidak teratur, merugikan, dan dapat menjerumuskan ke dalam kehancuran.
8.      Kepribadian yang mengikuti bisikan dari setan (was-was)
Ketujuh, mengikuti bisikan dari setan (waswas). Waswas merupakan bisikan halus dari setan yang mengajak seseorang untuk berbuat maksiat dan dosa yang pada akhirnya dapat merusak citra diri (self-image) dan harga diri (self-esteem)-nya. Mengikuti waswas sama artinya dengan melanggar fitrah asli manusia, sebab waswas berorientasi pada fitrah asli setan.
9.      Kepribadian yang apatis atau pesimis / putus asa atau putus harapan (al-Ya’is wa qunuth)
Kesembilan, yaitu hilangnya gairah, semangat (morale), sinergi, dan motivasi hidup setelah seseorang tidak berhasil menggapai sesuatu yang diinginkan.
10.  Kepribdian yang rakus (thama’)
Kesepuluh, rakus (thama’). Rakus adalah penyakit jiwa yang selalu merasa kurang terhadap apa yang dimiliki, meskipun apa yang dimiliki itu telah memenuhi standar kehidupan. Penyakit rakus bukan hanya berkaitan dengan harta benda, tetapi juga berkaitan dengan wanita/pria, tahta atau kekuasaan, maupun kesenangan hidup lainnya. Orang yang rakus dikatakan sebagai orang berpenyakit, sebab ia tidak dapat menguasai diri, bahkan tidak memiliki kebebasan hidup
11.  Kepribadian yang tertipu atau terperdaya (ghurur)
Kesebelas, tertipu (ghurur). Ghurur adalah percaya atau meyakini sesuatu yang tidak hakiki dan tidak substantif. Wujud lahiriahnya boleh jadi sangat nyata, bahkan untuk sementara waktu dapat menyenangkan jiwa seseorang, namun secara hakiki wujud tersebut hanya fatamorgana belaka yang tidak realistik dan irrasional
12.  Kepribadian yang membangganggakan diri (ujub) dan sombong (takabbur)
Keduabelas, Ujub dan takabbur merupakan sikap congkak, sombong, dan menganggap besar diri sendiri tanpa dibarengi kemampuan yang memadai, sehingga merasa dirinya besar, padahal keadaan sebenarnya kecil. Ujub merupakan cela dan perasaan yang sangat buruk. Hati manusia yang ujub, disaat ia merasa ujub ia menjadi buta, sehingga ia melihat dirinya sebagai seorang yang memperoleh keselamatan padahal ia ada dalam kondisi celaka; ia melihat dalam dirinya sebagai orang benar, padahal ia adalah orang yang salah
13.  Kepribadian yang iri dan dengki (hasad dan hiqiq)
Ketigabelas, iri dengki (hasud dan hiqid). Hasud adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki oleh orang lain. Ia tidak rela dengan kesejahteraan dan kesenangan orang lain, bahkan ia berobsesi agar karunia tersebut berpindah pada dirinya. Sedang hiqid adalah kedengkian pada orang lain dan berusaha agar orang yang dibenci tersebut tidak mendapatkan kesempatan dalam meraih kesejahteraan dan kenikmatan.
14.  Kepribadian yang senang menceritakan keburukan orang lain (al-ghibah)
Keempatbelas, menceritakan keburukan orang lain (al-ghibah) dan mengadu domba (al-namimah). Ghibah dianggap sebagai penyakit, sebab penderitanya tidak mampu mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Ia sibuk menyebut-nyebut keburukan orang lain, padahal dirinya sendiri memiliki keburukan tidak jauh berbeda dengannya, bahkan mungkin lebih buruk lagi. Penyakit ghibah yang dibiarkan tanpa upaya mencari terapinya maka berkelanjutan menjadi penyakit namimah.
15.  Kepribadian cinta dunia, pelit dan berlebih-lebihan  menghambur-hamburkan harta benda
Kelimabelas, cinta dunia (hubb al-dunya), pelit (al-bakhil) dan berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan harta benda (al-israf atau al-tadbir). Cinta dunia maksudnya adalah menjadikan dunia dan isinya sebagai tujuan akhir hidup dan bukan sebagai sarana hidup. Cinta semacam itu tergolong psikopatologi, sebab penderitanya tidak sadar akan tujuan hidup yang hakiki. Ciri-ciri penyakit ini adalah penderitanya memiliki sikap dan perilaku materialisme, hedonisme, dan egoisme.
16.  Kepribadian pangkhayal (al-tamanni)
Keenambelas, memiliki suatu keinginan yang tidak mungkin terjadi (al-tamanni). Tamanni dianggap sebagai psikopatologi, sebab penderitanya tenggelam dalam dunia khayalan yang tidak realistik. Ia berkeinginan besar untuk memiliki sesuatu, namun tidak dibarengi dengan aktivitas nyata, sehingga kehidupannya tidak kreatif dan produktif. Akibat dari gejala tamanni ini maka penderitanya tidak segan-segan mengambil jalan pintas, seperti memperdalam angan-angannya dengan mengkonsumsi zat adiktif, mencuri, merampok dan korupsi untuk kelangsungan hidupnya; dan mengumbar hawa nafsunya untuk memuaskan nafsu seksualnya.
Sumber :
Mujib, Abdul. 2007. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

1 komentar:

  1. Terimakasih orang baik, tanpamu mungkin aku tidak bisa presentasi.

    BalasHapus