ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Senin, 19 Maret 2012

Agama dan Kepercayaan dalam kehidupan masyarakat Melayu


1.1     Pengertian Agama dan Kepercayaan menurut masyarakat Melayu
Jika merujuk pada tatanan ilmu social, maka agama dikatakan sebagai sistem kepercayaan yang teratur atau terorganisasi. Sedangkan kepercayaan adalah keyakinan yang ditujukan kepada satu-satu fenomena kepercayaan atau tidak memimiliki ciri-ciri yang terorganisasi ataupun tersistem.
Pada masyarakat melayu, mereka membedakan antara agama dan kepercayaan. Menurut masyarakat melayu, Agama yang dianggap oleh mereka adalah agama-agama besar yang diakui oleh pemerintah. Seperti Islam, Kristen, Khatolik, Hindu dan Budha. Sementara keyakinan-keyakinan seperti penyembahan pada ‘dewa-dewa’ dan kepercayaan akan kekuatan yang dimiliki makhluk halus (jin, hantu, jembalang, sikodi dan lainnya) hanya dianggap sebagai suatu kepercayaan saja. Seperti yang terdapat pada suku ‘terasing’ – Suku Talang Mamak, Suku Akit, Suku laut, dan lainnya. Maupun kepercayaan yang juga mencangkup masalah upacara-upacara yang lahir dari kebiasaan-kebiasaan lama orang melayu, seperti tepung tawar, mati tanah dan lainnya.
Namun sebenarnya yang dikatakan kepercayaan dalam masyarakat melayu itu bukan hanya dalam kepercayan lama saja yang menjadi peninggalan masa lampau seperti animisme, tapi juga kepercayaan yang datang setelahnya, seperti kepercayaan agama agama hindu, budha dan Islam sendiri. Dimana Islam yang datang terakhir mengakomodir semua unsur kebudayaan tersebut secara perlahan, serta melakukan penelusuran terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Islam.
1.2     Kepercayaan awal dalam kehidupan orang Melayu
Kepercayaan awal masyarakat melayu sebelum kedatangan agama adalah ‘animisme’, dimana mereka percaya semua benda di dalam dunia ini mempunyai roh atau semangat yang mempengaruhi kehidupan manusia sama ada baik atau buruk.
Roh atau semangat ini perlu dipuja agar membawa kebaikan dan menambahkan rezeki. Keadaan ini telah mempengaruhi kehidupan mereka kerana terdapatnya aktivitas memuja pantai atau semangat padi bagi menjamin keselamatan dan menambahkan hasil padi.
Dengan ini timbullah konsep pantang larang, adat istiadat, undang-undang,  kebudayaan dan sebagainya. Bagi memuja semangat ini lahirlah tarian, nyanyian, drama, muzik, unsur mainan, mentera, adat menanam, adat kematian dan sebagainya yang ada hubungan dengan kepercayaan itu. Beberapa dari unsur ini menjadi hiburan dan mainan yang pada asalnya merupakan upacara yang berkaitan dengan kuasa ghaib. Contohnya Main Puteri, Main Dewa, memutus ubat dan sebagainya.
Berkaitan dengan unsur mainan dan tarian tadi maka lahirlah upacara jampi serapah yang bertujuan untuk melindungi permainan daripada segala bencana dan menghalau jin dan hantu daripada menggangu persembahan. Setiap persembahan ada peraturan dan pantang larang kerana asal usul sesuatu jenis persembahan selalunya dihubungkait dengan kuasa ghaib.
Dengan wujudnya kepercayaan tersebut maka wujud satu golongan masyarakat yang dihubungkaitkan dengan upacara-upacara pemujaan seperti dukun, tabib, pawang, nenek kebayan dan sebagainya yang bertanggung jawab memulih diri seseorang yang dipercayai disampuk atau hilang semangat.
Terdapat juga bentuk kepercayaan terhadap roh orang yang sudah mati. Mereka percaya individu yang semasa hidupnya mempunyai kuasa hebat apabila mati akan tetap memberi perlindungan. Berdasarkan kepercayaan inilah masyarakat tempatan memuja roh si mati agar dapat memberi perlindungan. Dalam kepercayaan melayu itu sendiri terdapat enam benda atau tempat yang dikeramatkan.
1.      Objek alam seperti batu, puncak gunung, pulau dan tanjung.
2.      Binatang seperti harimau, dan buaya putih.
3.      Kubur ahli sihir atau pawing.
4.      Kubur orang yang membuka pemukiman baru.
5.      Pemakaman ulama Islam
6.      Ulama yang masih hidup
1.3     Agama dalam kehidupan orang Melayu
1.      Agama Hindu
Pengaruh agama Hindu tersebar sejak abad ke 6 lagi yang dibawa oleh pedagang India. Penyebaran agama ini berkembang pesat ketika kedatangan golongan Brahmana dan penerimaan agama ini oleh golongan pemerintah.
Ajaran ini diterima oleh pemerintah kerana agama ini berpegang teguh kepada konsep Dewaraja yaitu raja adalah tuhan dibumi yang sekaligus memperkukuhkan kedudukan raja sebagai pemerintah. Sebagai contoh, terdapat dua buah kerajaan Hindu di Tanah Melayu yaitu kerajaan Langkasuka dan kerjaaan Kedah Tua. Disamping itu terdapatnya penyembahan Dewa Siva dan Vishnu, yang dapat dilihat daripada pembinaan Candi Bukit Batu Pahat dan Candi Bukit Pendiat di Lembah Bujang, Kedah.
Dikarenakan prinsip kedatangan agama hindu yang diarahkan pada kaum bangsawan, banyak pihak yang mengatakan bahwa sebenarnya hanya golongan bangsawanlah yang menganut agama ini dengan sungguh-sungguh. Meskipun mereka sendiri tidak benar-benar paham dengan ajaran filsafat hindu yang asli.
Mereka hanya mementingkan perkara yang berkaitan dengan tata upacara serta ajaran-ajaran yang membesarkan keagungan dewa bagi kepentingan mereka sendiri, sehingga secara tidak langsung dengan menjadi penganut agama hindu mereka memperkukuh kedudukan mereka didalam struktur lapisan didalam puncak masyarakat.
Adapun dalam masyarakat melayu mereka lebih cenderung bersifat seni dibanding harus memahami kehalusan metafisik hindu yang bersifat filsafat. Beberapa kesusasteraan agama asli hindu-india yang diadopsi kedalam bahasa hindu-melayu telah ada pada mahabrata dan baghavad gita yang menggambarkan kehidupan arjuna dan bharatayuddha yang kesemuanya tidak menampakkan filsafat hindu asli.  
2.                  Agama Budha
Agama Buddha pula turut tersebar di kalangan masyarakat melayu dan ia mempunyai pertalian dengan agama Hindu. Ini disebabkan agama ini mengalami pengakomodiran dengan unsur-unsur agama Hindu
Agama ini diasaskan oleh Sidharta Gautama di India. Agama ini melarang manusia melakukan kekejaman karena ia tidak mendatangkan sebarang kebaikan.
Ajaran agama Buddha ini mudah diterima karena anggapan mereka bahawa pengasas agama Buddha merupakan penjelmaan kembali salah satu daripada Dewa Hindu.
3.      Agama Islam
Kedatangan agama Islam pada abad ke 7 telah menghakis sebahagian amalan kepercayaan Hindu Buddha yang telah lama bertapak di Tanah Melayu.
Masuknya agama islam itu sendiri sebenarnya dari berbagai cara, yaitu:
1.      Melalui jalur perdagangan, dimana ada suatu keyakinan bahwa sebenarnya para saudagar yang melakukan perjalanan ke Indonesia sebagiannya adalah para sufi yang kemudian menyebarkan islam di nusantara termasuk ditanah melayu.
2.      Melalui pernikahan, dimana para muslim melakukan pernikahan dengan penduduk pribumi. Hal itu menjadi cara lain untuk menyebarkan islam kepada masyarakat pribumi, termasuk ditanah melayu.
3.      Mendekati kaum bangsawan, hal ini biasanya dilakukan atas dasar asumsi bahwa jika kaum bangsawan apalagi raja masuk agama islam maka rakyat juga akan ikut masuk kedalam agama islam.
Agama Islam disebarkan oleh golongan pedagang dan pendakwah Islam dari Asia Barat. Ajaran Islam menekankan dua aspek penting iaitu Akidah dan Syariah. Akidah ialah kepercayaan seluruh jiwa raga terhadap keEsaan Allah manakala syariah merupakan perundangan dan hukum Islam berdasarkan Al Quran dan Hadis.
Kedatangan agama Islam telah membawa perubahan yang besar dalam politik, perundangan, ekonomi, dan budaya masyarakat Melayu.
Dari segi politik jelas dapat dilihat dengan penggunaan gelaran pemerintah yaitu raja telah digantikan dengan gelaran sultan. Bahkan sultan dianggap sebagai ketua agama Islam. Segala upacara resmi didahului dengan doa. Pemimpin agama merupakan penasihat sultan dalam hal-hal mengenai hukum syarak atau hal berkenaan dengan agama Islam.
Dalam aspek perniagaan, Islam mengharamkan riba dan menggalakkan umatnya mencari rezeki yang halal. Disamping itu amalan zakat dan fitrah sedikit sebanyak telah membantu golongan yang kurang berkemampuan untuk menjalani kehidupan
Dari segi sosial pula wujudnya semangat jihad bagi memilihara kesucian agama Islam daripada penjajahan Barat. Dari segi adat pula didapati terdapat pengkomodiran dengan unsur Hindu-Buddha kepada unsur keislaman seperti perkahwinan, adat turun tanah, melenggang perut, berkhatan dan sebagainya.
Pada akhirnya orang melayu membuktikan kemelayuannya dengan menganut agama islam. Terlepas dari mereka menjalakannya secara sempurna atau tidak, hal ini dibuktikan dengan praktik-praktik keagamaan. Dimana praktik-praktik tersebut dilakukan sesuai dengan mazhab yang mereka anut. Pada umumnya masyarakat melayu menganut mazhab syafi’i. Mereka kebanyakan melakssanakan shalat subuh, isya, zuhur, dan ashar lebih sering dirumah, sementara maghrib dilakukan secara berjama’ah di mesjid.
Menurut Yusmar Yusuf, orang melayu sangat menghormati hari jum’at-ini jelas merupakan pengaruh dari islam-dimana hari jum’at dipandang sebagai hari yang pendek untuk bekerja tapi panjang untuk beribadah. Pada hari itu, masyarakat melayu juga mengenakan “baju kurung” ini berfungsi untuk memperindah diri dan menutup aurat yang jelas sekali merupakan pengaruh dari islam.
Dari sisi teologis orang melayu berpegang pada teologi asy’ariyah yang lebih dekat dengan paham jabariyah. Sekalipun Asy’ariyah mengajarkan tentang “kasb”(usaha), namun hal itu tidak banyak membantu untuk merubah pemahaman masyarakat tentang takdir dan nasib. Masyarakat melayu percaya bahwa konsep takdir dan nasib telah digariskan oleh allah.
Dari sisi tasawuf sendiri, orang melayu berpegang erat pada ajaran imam al-ghazali. Dimana mereka sulit untuk menerima tasawuf wahdat al-wujud dari ibnu arabi atau hulul dari al-hallaj dan aliran tasawuf lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh terlarangny ajaran wahdat al-wujud di tanah aceh, yang kemudian membuat paham ini kurang digemari oleh masyarakat melayu.
Adapun kitak-kitab yang sering dibaca masyarakat melayu sebagai cerminan dari ajaran asy’ariyah, syafi’I dan imam al’ghazali adalah kitab-kitab yang ditulis oleh abdus samad al-palimbani dan daud al-fathani.
           
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, 2010. Islam dan Tamadun Melayu. Pekanbaru : LPM Fak Ushuludin UIN SUSKA & YPR
Muhammad, Syed.1990. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Bandung : Mizan
Mahdini.2003. Islam dan Kebudayaan Melayu. Pekanbaru : Daulat Riau
Diakses Pada : http://sejarahmalaysiastpm.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar