ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Senin, 10 September 2012

Empati dan Pemaafan pada laki-laki dan perempuan


Yup, lagi-lagi aku mau bahas soal pemaafan, berhubung lagi mau penelitian pemafaan, aku juga pengen sharing sama siapapun kamu 'teman GGL' buat berbagi ilmu. Nah kalau bicara pemaafan tentu kita juga akan berbicara tentang karakter, tapi yang lebih jelas nih, adalah perbedaan antara laki-laki dan pere,, yuk mari. 
Pemaafan dan Empati itu Beda nggak sih antara laki-laki dan perempuan? Ini dia referensinya, cek this out!
Dalam keseharian, hal yang tidak bisa diulangi untuk bisa dihindari oleh seseorang adalah saat ia melakukan kesalahan. Namun bagaimanapun juga hal semacam ini bisa diatasi dengan hal yang kita sebut sebagai proses pemaafan baik itu memaafkan sendiri atau meminta maaf.
Menurut Smedes (1984) menerima orang lain tidak sama dengan memaafkan. Menerima orang lain terjadi ketika orang lain tersebut dianggap sebagai orang yang baik . Sementara itu, memaafkan orang lain terjadi tatkala orang lain itu melakukan hal- hal buruk terhadap.
Sementara itu McCullough dkk. (1997) yang mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Enright (dalam McCullough dkk., 2003) sendiri mendefinisikan pemaafan sebagai sikap untuk mengatasi hal- hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemaafan adalah upaya membuang semua keinginan pembalasan dendam dan sakit hati yang bersifat pribadi terhadap pihak yang bersalah atau orang yang menyakiti dan mempunyai keinginan untuk membina hubungan kembali.
Ada banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam proses pemaafan, salah satunya empati. Secara lebih luas empati diartikan sebagai ketrampilan sosial tidak sekedar ikut merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi juga mampu melakukan respon kepedulian (concern) terhadap perasaan dan perilaku orang tersebut. Zahn-Waxler dan Smith (dalam Davies, 1999) mengatakan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak menunjukkan perilaku prososial dan empati terhadap orang lain, dibandingkan anak laki-laki. penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa wanita lebih empatik dan relasional daripada pria (misalnya, Eisenberg & Lennon, 1983; Lennon & Eisenberg, 1987). Dengan kata lain, wanita memiliki kecendrungan untuk pemaafan dibanding laki-laki didasarkan atas tingginya rasa empati yang dimiliki mereka. Meskipun sebenarnya kebenaran penelitian ini diragukan dalam tingkat populasi ataupun bias dari pola prilaku. Miller dkk. (2008) berteori efek gender forgiveness dan dilaporkan korelasi dalam arah diprediksi (r_ _ .14), menunjukkan bahwa perempuan yang agak lebih pemaaf daripada pria.
Berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Zahn-Waxler dan Smith, Loren dan Jon R (2005) mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa wanita lebih empatik dari pria, tetapi tidak ada perbedaan gender untuk pengampunan tampak jelas. Namun, hubungan antara empati dan pengampunan memang berbeda berdasarkan gender. Empati dikaitkan dengan pengampunan pada pria-tapi tidak pada wanita. Di seluruh 53 studi dan 8.366 peserta, hubungan antara gender dan pengampunan tidak signifikan (r_ _ .01). Sebuah studi tambahan 23 (3.364 peserta) juga melaporkan efek yang tidak signifikan gender dalam deskripsi verbal dari temuan mereka.
Kesimpang siuran akan permasalah terkait bagaimana pemaafan dilihat dari jenis kelamin tentu menjadi hal yang perlu ditelusuri lebih jauh, guna mencari tahu kebenaran tentang teori tersebut atau penguatan dari salah satunya. Dan lagi Pemaafan merupakan bagian dari psikologi positif yang dalam beberapa tahun ini mulai banyak digemari. Meski begitu, untuk di Indonesia sendiri penelitian terkait isu pemaafan masih sangat sedikit, sehingga penelitian ini tentu menjadi penting untuk kita lakukan dalam menambah literature keilmuan tentang pemaafan.
DAFTAR PUSTAKA
Fincham, Frank D. 2004, Vol. 18, No. 1, 72–81. Forgiveness and Conflict Resolution in Marriage. Journal of Family Psychology. the American Psychological Association, Inc.
Loren Toussaint and  Jon R. Webb.2005. December ; 145(6): 673–685. Gender Differences in the Relationship Between Empathy and Forgiveness: J Soc Psychol.
R, Snyder C & J, Shane Lopez (Eds.)  2002. Handbook of Positive Psychology. Newyork. Oxford University Press





Tidak ada komentar:

Posting Komentar