ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Jumat, 30 Maret 2012

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF


A. PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN

Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadarminta mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia. Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Masyarakat modern selanjutnya sering disebut sebagai lawan dari masyarakat tradisional. Deliar Noer misalnya, menyebutkan cirri-ciri masyarakat modern sebagai berikut:
a.       Bersifat rasional, lebih menekankan akal daripada emosi.
b.      Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
c.       Menghargai waktu, yakni menganggap waktu sebagai sesuatu yang bernilai dan perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
d.      Bersifat terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.
e.       Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari segi fungsi dan kegunaan bagi masyarakat.

Dalam hal ini, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan Jalaludin Rahmat, membagi masyarakat
ke dalam tiga bagian. Pertama, Masyarakat Pertanian (agricultural society), kedua Masyarakat Industry (industrial society), dan yang ke tiga Masyarakat Informasi (informatical society).

B. PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN
“Revolusi Teknologi” atau yang terkadang dikaitkan dengan revolusi industri lahir dari sebuah perkembangan zaman. Revolusi ini telah menjadi titik awal dimana mayoritas manusia meningkatkan kontrol pada materi, ruang dan waktu. Selain itu juga menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola fikir dan sistem rujukan. Dalam kaitan ini terdapat tiga keadaan dalam mensikapi revolusi industri, yaitu kelompok yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya.

Bagi kelompok yang optimis, revolusi teknologi justru menguntungkan, seperti yang dikatakan Ziauddin Sardar. Menurutnya, revolusi teknologi yang sekarang sedang dijajakan sebagai suatu rahmat besar bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif di televisi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah begitu menarik. Pada lingkungan yang terpelaajar, lain lagi caranya, yaitu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku akademis. Disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya desentralisasi, dan karena itu akan melahirkan suatu masyarakat yang lebih demokratis.
Sementara itu bagi kelompok yang pesismis memandang kemajuan di bidang teknologi akan memberikan dampak yang negatif, karena hanya akan memberikan kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan dan lain-lain. Sementara bagi mereka yang terbelakang, akan tetap menjadi terbelakang.
Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian misalnya, akan menyebabkan keuntungan bagi mereka, para petani yang memiliki modal saja. Sedangkan bagi yang tidak memiliki modal semakin menghadapi masalah yang serius. Lapangan kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah mulai ditangani oleh teknologi yang hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.
Disisi lain, kelompok yang mengambil sikap antara optimis dan pesimis terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengatakan bahwa, iptek itu positif atau membahayakan pada pengangguran, inflasi dan pertumbuhan, tergantung pada cara orang mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan kerjasama dan perdamaian. Dalam kaitan ini menarik sekali apa yang dikemukakan seorang Sosiolog Prancis, Jacques Ellul yang mengatakan bahwa kemajuan dalam bidang teknologi akan memberikan pengaruh sebagai berikut:
a.       Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi teknologi memberikan nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi.
b.      Nilai-nilai manusia yang tradisional misalnya, harus dikorbankan demi efisiensi.
c.       Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah daripada pemecahan.
d.      Efek negatif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek positif,nya. Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan.
e.       Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tidak terduga.
Sikap manakah dari ketiga sikap yang dikermukakan di atas itu yang akan diambil? Itu semua tergantung pada cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Bagi umat Islam yang selalu diajarkan bersikap adil terhadap berbagai masalah, tampaknya sikap yang pertengahan yang perlu diambil. Yaitu berupa sikap yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan di bidang iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak disalahgunakan.
Kehadiarn Ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern. Diantaranya:
1.      Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan modern ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang) nya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuan, politisi, sosiolog, ahli biologi, psikolog dan lain-lain. maka jawaban yang ia dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan terkadang jawaban tersebut sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat manusia kebingungan.
2.      Kepribadian Yang Terpecah (Split Personality)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak. Ini akan menyebabkan manusia menjadi pribadi yang terpecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu ynag eksak dan kering. Akibatnya, kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah.
Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama. Maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk meningatkan derajat kehidupan manusia akan musnah. Sehingga, tidak hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.
3.      Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya. Kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain, subversi dan lain-lain. Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komuniasi dan lain-lain telah menghancurkan umat manusia.
4.      Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan yang disebut diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan diannggap tidak ilmiah dan kampungan.
5.      Pola Hubungan Materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong-menolong yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak tampak lagi. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
Demikian pula penghormatan yang diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara materialis. Akibatnya ia menempatkan perimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.
6.      Penghalalan Segala Cara
Sebagai imbas atas pola hidup yang matelialis dan dangkalnya iman seseorang, maka seseorang akan mengedepankan segala yang sekiranya mampu memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah dengan menghalalkan segala cara tanpa memikirkan dampak spiritual bagi dirinya sendiri.
7.      Stress dan Frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompleks menggiring manusia untuk mengarahkan seluruh fikiran, tenaga, kemampuan. mereka terus bekerja dan memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan waktu. Dampaknya, mereka begitu mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi. Dan ketika segala yang mereka gagal, mereka cenderung tertekan dalam dinaamika zaman.
Hal buruk lainnya, karena dari awal mereka tidak mempunyai pegangan yang jelas maka ketika hancurpun mereka tetap tidak memiliki pegangan yang bisa di jadikan dasar. Sehingga nantinya mereka akan frustasi akan segala hal buruk yang menimpa mereka.
8.      Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat sejumlah orang yang terjerumus dan salah memilih jalan. Masa mudanya dihabiskan untuk menuruti hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Ada suatu saat diaman ia sudah tua renta. Secara fisik sudah tak lagi berdaya. Tenaga sudah tidak mendukung lagi untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini akan merasa kehilangan harga diri dan masa depannya. Kemana ia harus berjalan? ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada di luar dirinya. Dan hal Itu adalah bantuan dari Tuhan.
C. PERLUNYA PENGMBANGAN AKHLAK TASAWUF
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi problematika modern. Salah satu cara yang hampir disepakati secara bulat oleh para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Bertasawuf disini diartikan sebagai jalan atau proses untuk menuju pada ketenangan batin. Yaitu melalui jalan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Tujuan ajaran tasawuf sendiri adalah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di dekat hadirat-Nya. Upaya ini antara lain dilakukan dengan kontemplasi, melepaskan diri dari jeratan dunia yang senantiasa berubah dan bersifat sementara.
Sikap dan pandangan sufistik ini sangat diperlukan oleh masyarkat modern yang mengalami jiwa yang terpecah sebagaimana disebutkan diatas. Dengan catatan, asalkan pandangan terhadap tujuan tasawuf tidak dilakukan secara eklusif dan individual, melainkan berdaya aplikatif dalam merespon segala masalah yang diihadapi.
Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh ilmu pengetauan yang berserakan itu. Karena melalui tasawuf ini, seseorang di sadarkan bahwa sumber segala sesuatu, termasuk ilmu adalah Tuhan. Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan ini akan membuat seseorang untuk mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada setiap masalah yang dia hadapi.
Demikian pula tarikat yang terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqomah dan jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Ia selalu mempunyai pegangan dalam hidupnya. Keadaan demikian menyebabkan ia tetap tabah dan tidak mudah terhempas oleh cobaan yang akan membelokkan ke jurang kehancuran. Dengan demikian, stress, putus asa dan lainya akan dapat dihindari.
Poin terakhir problematika masyarakat modern diatas adalah kehilangan masa depannya, merasa sunyi dan kehampaan jiwa di tengah laju dunia modern. Menanggapi hal itu dalam tasawuf diajarkan untuk ibadah, berdoa, dzikir, taubah dan lain-lainnya. Inilah yang memberikan harapan pada kehidupan yang lebih bermakna, kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.
Itulah beberapa sumbangan positif dari akhlak tasawuf dalam rangka memecahkan atau memberika solusi atas beberapa permasalahan yang terjadi dalam dunia modern. Akhlak tasawuf benar-benar menjadi alternatif terbaik yang mampu diterapkan dalam konsep kehidupan manusia. Maka sudah sewajarnya, kita bersama menyisipkan sedikit demi sedikit akhlak tasawuf dalam kehidupan kita agar segala sesuatu menjadi seimbang dan bermakna. 
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Amin, Ahmad. 1983. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang
Nasr, Husein. 1985. Tasawuf Dulu dan Sekarang. Jakarta: Pustaka Firdaus
Poerwadarminta, W. J. S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar