ASSALAMUALAIKUM ...... SELAMAT DATANG DI

GORESAN GARIS LURUS



Cari Blog Ini

Minggu, 04 Maret 2012

BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF

Dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan ingin mendalami bahan yang dipelajari. Belajar kreatif tidak hanya menyangkut perkembangan kognitif (penalaran), tetapi juga berhubungan erat dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan. Agar perilaku kreatif dapat terwujud, baik ciri-ciri kognitif maupun ciri-ciri afektif (sikap dan nilai) dari kreativitas perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar.

Dalam proses belajar kreatif digunakan baik proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternative penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat).

Pendidikan formal sampai saat ini terutama melatih proses berpikir konvergen, sehingga kebanyakan siswa terlambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.

1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif

Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan tetapi memerlukan persiapan, antara lain dengan menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak untuk belajar secara kreatif.

Menurut Feldhusen dan Treffinger (1980), suatu lingkungan kreatif dapat tercipta dengan :

* Memberikan pemanasan

Sebelum mulai dengan suatu proyek atau kegiatan yang menuntut perilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran, perlu lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) dikalangan para siswa. Hal ini terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penugasan yang sangat berstruktur, seperti mengerjakan soal-soal matematika atau menggolong-golongkan (mengklasifikasikan) nama tumbuh-tumbuhan menurut sistem tertentu.

Tugas atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda, lebih terbuka dan tertantang untuk berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin.

Untuk itu, diperlukan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa. Cara lain yang berhasil guna adalah dengan mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.

Biasanya dalam proses belajar mengajar guru mengajukan pertanyaan kepada murid, tetapi jarang mengajak siswa untuk mengajukan pertanyaan.

* Pengaturan fisik

Salah satu cara menciptakan suasana belajar kreatif adalah dengan memperhatikan pengaturan fisik di dalam kelas. Misalnya untuk kegitan-kegiatan tertentu seperti diskusi dalam kelompok-kelompok kecil para siswa duduk dalam lingkaran. Jika kelompoknya lebih besar, anak-anak dapat menyisihkan bangku-bangku dan duduk di lantai.

Jika kelasnya cukup besar, dapat diusahakan pemisah-pemisah ruang yang dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan. Ada baiknya juga jika di dalam kelas disediakan tempat khusus agar siswa dapat berpikir tenang dan santai.

* Kesibukan di dalam kelas

Kegiata belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik dan diskusi di antara siswa. Oleh karena itu, hendaknya guru agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketengangan dan “setiap anak tetap duduk pada tempatnya”. Guru harus dapat membedakan antara kesibukan yang asyik serta suara-suara yang “produktif” yang menunjukkan bahwa siswa-siswa bersibuk diri secara kreatif.

Ruang kelas diusahakan menjadi “ruang sumber” dengan banyak sumber-sumber yang mengundang siswa untuk membaca, menjajaki, dan meneliti. Alangkah baiknya jika ada perpustakaan kecil di dalam kelas dan bahan-bahan atau peralatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan konstruktif. Guru mengizinkan siswa-siswa yang lebih dulu selesai dengan pekerjaannya untuk pergi ke tempat-tempat di dalam kelas yang mereka minati, untuk melakukan kegiatan secara mandiri. Pada waktu-waktu tertentu disediakan kesempatan bagi seluruh kelas untuk memiliki pekerjaan yang mereka senangi entah secara perorangan ataupun dalam kelompok-kelompok kecil. Suasana kelas yang santai dan menyenangkan akan memupuk perilaku kreatif.

* Guru sebagai fasilitator

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, guru anak berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai “pengarah” yang menentukan segala-galanya bagi siswa. Sebagai fasilitator guru mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Ia tidak cepat memberikan kritik, tetapi memberikan dukungan dan rangsangan di mana perlu. Guru harus terbuka dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa (menerima tidak sama dengan menyetujui, menerima di sini berarti terbuka dan berusaha memahami). Adalah tidak bijaksana memuji siswa-siswa tertentu secara berlebihan dan bersikap menolak gagasan-gagasan para siswa yang lain.

Guru harus berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif. Anak-anak pun harus belajar menunjukkan penghargaan terhadapa pekerjaan anak lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti mencela), atau menawarkan, sebagaimana mereka juga harus belajar menghargai pekerjaan diri sendiri.

Suasana dalam kelas hendaknya mendukung kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, di samping kegiatan belajar sendiri. Setiap anak harus merasa bebas mengungkapkan gagasan-gagasan yang lain daripada yang lain, yang tidak lazim, tanpa takut ditertawakan. Anak-anak tertentu membutuhkan dukungan, dorongan dan waktu yang cukup untuk memikirkan suatu masalah.

Jadi, dalam peran sebagai fasilitator seorang guru harus :

· Mendorong belajar mandiri sebanyak mungkin

· Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa

· Memupuk siswa (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif dan untuk memberikan penilaian diri sendiri

· Berusaha menghindari pemberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang tidak biasa

· Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan antarsiswa dalam kemampuan memikirkan ide-ide baru.

2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan

Dalam proses belajar mengajar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.

a. Tehnik bertanya

Agar siswa menjadi pemikir yang baik, kita harus memberikan sesuatu untuk dipikirkan. Metoda untuk membuat anak berpikir adalah dengan mengajukan pertanyaan kepadanya. Namun mengajukan pertanyaan yang menuntut anak untuk berpikir memerlukan lebih banyak pemikiran dan persiapan oleh guru daripada mengatakan pertanyaan yang menuntut satu jawaban (berpikir konvergen).

Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini dapat membuka diskusi karena memiliki banyak kemungkinan jawaban. Agar berhasil guna, pertanyaan terbuka harus menyangkut lahan yang cukup dikenal siswa. pertanyaan divergen dapat diajukan pada semua tingkat dan kemampuan berpikir. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.

Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :

· Menimbulkan minat dan memotivasi siswa untuk berperanserta aktif

· Menilai persiapan siswa dan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya

· Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan

· Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru

· Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan

· Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar

b. Metoda diskusi

Melalui metoda diskusi, anak mendapat pengalaman dan latihan mengungkapkan diri secara lisan dan berkomunikasai dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah. Diskusi memungkinkan pengembangan penalaran, pemikiran, kritis, dan kreatif, serta kemampuan memberikan pertimbangan dan penilaian.

Dalam metoda diskusi, peran guru sangat menentukan keberhasilan. Terutama bagi anak berbakat, hendaknya guru dapat menghindari peransertanya yang terus-menerus agar prasangka dan kemandirian anak dapat lebih berkembang. Disini pun guru berperan sebagai fasilitator, yang mengenalkan masalah kepada siswa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan untuk membahas masalah. Guru harus mengetahui saat-saat dimana peran sertanya memang diperlukan, misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi, agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.

Guru perlu memahami keseimbangan antara saat peran sertanya dan saat menarik diri. Menyerahkan sepenuhnya kepada siswa untuk berdiskusi juga kurang membuahkan dampak yang diinginkan. Siswa tetap memerlukan bimbingan dan pengarahan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

c. Metoda inquiry-discovery

Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan), dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Proses inquiry mulai jika siswa menanyakan sesuatu sehubungan dengan masalah yang dihadapi. Guru dapat menyusun pengalaman belajar siswa sedemikian rupa sehingga mereka bertanya. Begitu siswa mulai menyelidiki (mencari keterangan) maka ada minat instrintik (dari dalam) untuk belajar melalui proses discovery (penemuan).

Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah secara inquiry:

Pertama, adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan faktor yang memotivasi siswa untuk melajutkan dengan merumuskan masalah (tahap dua). Pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Tahap ketiga adalah tahap mencari atau menjajaki. Pada tahap ini pertanyaan dan informasinya dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Pendekatan inquiry adalah teknik pemikiran divergen.

Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam pengalaman belajar inquiry adalah :

1. Berikan pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi, atau gagasan, antara lain dengan penggunaan media, bermain peran, dan demonstrasi.

2. Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (eksplorasi)

3. Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat

4. Sediakan peralatan untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba, dan sebagainya

5. Berilah bimbingan dan penguatan (reinforcement) terhadap gagasan dan hipotesis siswa

6. Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.

d. Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)

Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif), antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi tidak terjadi atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungkinan akibatnya andaikata kejadian atau situasi itu terjadi disini.

3. Memadukan perkembangan kognitif (berpikir) dan afektif (sikap dan perasaan)

Pembentukan pribadi anak kreatif membutuhkan keseimbangan antara berbagai aspek perkembangan, yaitu dari segi perkembangan mental intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan perkembangan moral. Ini kemudian dikelompokkan pada ciri-ciri aptitude dan nonaptitude dari kreativitas.

a. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)

1. Keterampilan berpikir lancer

a. Definisi

- Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan pertanyaan

- Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal

- Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

b. Perilaku siswa

- Mengajukan banyak pertanyaan

- Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

- Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah

- Lancar mengungkapkan gagasan-gagasanya

- Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain

- Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi

2. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

a. Definisi

- Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi

- Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

- Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda

- Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran

b. Perilaku siswa

- Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek

- Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

- Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda

- Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain

- Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok

- Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-berbeda untuk menyelesaikannya.

- Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbeda-beda)

- Mampu mengubah arah berpikir secara spontan.

3. Keterampilan berpikir orisinal

a. Definisi

- Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

- Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri

- Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur

b. Perilaku siswa

- Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain

- Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru

- Memilih asimetri dalam menggambarkan atau membuat disain

- Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain

- Mencari pendekatan yang baru dari yang streotip

- Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru

- Lebih senang mensintesis daripada menganalisis situasi.

4. Keterampilan memperinci (mengelaborasi)

a. Definisi

- Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

- Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik

b. Perilaku siswa

- Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci

- Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain

- Mencoba atau menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh

- Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana

- Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambarnya terdiri atau gambar orang lain.

5. Keterampilan Menilai (mengevaluasi)

a. Definisi

- Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana

- Mempu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka

- Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya

b. Perilaku siswa

- Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri

- Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal

- Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?”

- Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan

- Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus

- Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis

- Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya

b. Ciri-ciri afektif (nonaptitude)

1. Rasa ingin tahu

a. Definisi

- Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak

- Mengajukan banyak pertanyaan

- Selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi

- Peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti

b. Perilaku siswa

- Memperkaya segala sesuatu

- Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru

- Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang berlum dikenal

- Menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal

- Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru

- Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian

- Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik

2. Bersifat imajinatif

a. Definisi

- Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi

- Menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan

b. Perilaku siswa

- Memikirkan/membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi

- Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain.

- Meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain

- Mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi

- Melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain

- Membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.

3. Merasa tertantang oleh kemajemukan

a. Definisi

- Terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit

- Merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit

- Lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit

b. Perilaku siswa

- Menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit

- Melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk

- Tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan keadaannya.

- Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain

- Tidak cenderung mencari jalan tergampang

- Berusaha terus-menerus agar berhasil

- Mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit/rumit daripada menerima yang mudah

- Senang menjajaki jalan yang lebih rumit.

4. Sifat berani mengambil resiko

a. Definisi

- Berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar

- Tidak takut gagal atau mendapat kritik

- Tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tdiak kontravensional, atau yang kurang terstruktur.

b. Perilaku siswa

- Berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya walaupun mendapat tantangan atau kritik

- Bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya

- Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal

- Berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan orang lain

- Tidak mudah dipengaruhi orang lain

- Melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang

- Berani mencoba hal-hal baru

- Berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi

5. Sifat menghargai

a. Definisi

- Dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup

- Menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang

b. Perilaku siswa

- Menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain

- Menghargai diri sendiri dan presentasi sendiri

- Menghargai makna orang lain

- Menghargai keluarga, sekolah dan teman-teman

- Menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab

- Tahu apa yang betul-betul penting dalam hidup

- Menghargai kesempatan-kesempatan yang diberikan

- Senang dengan penghargaan terhadap dirinya.

c. Menggabungkan pemikiran divergen dan pemikiran konvergen

Pemikiran konvergen menuntut siswa untuk terfokus pada satu jawaban mutlak tunggal. Sementara pemikiran divergen menghadirkan alternatif-alternatif jawaban bagi siswa, yang mengundang siswa harus berpikir kreatif. Meski pada umumnya pemikiran konvergen telah menjadi rezim dalam sistem pendidikan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk keduanya diberikan secara bersamaan sehingga bisa membuat anak untuk lebih bisa berpikir kreatif.

Misalnya : Pelajaran Matematika

6 x 6 = .. (Maka “36” adalah jawaban mutlak, ini merupakan bentuk pemikiran konvergen)

Untuk menjadikan pertanyaannya menjadi divergen, maka guru bisa meminta siswa untuk mencari berbagai alternatif jawaban untuk bilangan yang dikali sehingga mendapatkan nilai “36”

d. Menggabung proses berpikir dengan proses afektif

Diawal tadi disebutkan bahwa keseimbangan antara aptitude dan nonaptitude menjadi sangat penting untuk membentuk anak kreatif. Begitupun dalam proses pengajaran, kombinasi antara proses berpikir dan proses afektif, menjadi hal yang sangat penting untuk membentuk pribadi kreatif. Dalam prosesnya contohnya yaitu :

- Berpikir lancar digabung dengan rasa ingin tahu. Siswa yang rasa ingin tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan atau cara-cara pemecahan masalah dengan lancar

- Orisinalitas dalam berpikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda dari yang biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.

- Berpikir luwes (fleksibel) menuntut daya imajinasi. Misalnya siswa diminta untuk memikirkan kapur yang digunakan guru untuk menulis di papan tulis dapat dipakai untuk apa saja, dari segi yang tidak lazim

- Elaborasi (pemerincian) dikaitkan dengan apresiasi (penghargaan). Karena menghargai gagasan atau hasil karya orang lain. siswa bersedia atau ingin menambahkan gagasan atau produk tersebut dengan detail-detail agar lebih menarik.

4. Penutup

5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar